anak-anak bangsa bertekuk lutut atas nama pelindung
seperti inang yang membelit pertumbuhan tunas muda
ketika kehilangan kata karena suara politik adalah senjata
popor air tak lagi kenal kebakaran kabut asap
otak kuasa tersaput kebodohan dari nafsu kedodoran
berapakah berat hartamu sekarang?
apakah sudah obesitas?
semua perbincangan terhenti
kemarin anak-anak bangsa sedang mencari jati diri
ketika bersuara biarkan parang menebas cita-cita
bangku kuliah menjelma batu nisan
kau membunuh anak susumu
yang sedang mencari protein agar berkembang
anak-anak bangsa terkubur
cita-citanya kabur
aku tak tersesat dalam kabut harap
marwah senjata ternyata membuat mereka banyak yang lamur
pada makna estafet para pendahulu
setelah ego menguasai mata hatinya
Ujung Harap, 919