Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Petak-petak Sawah

19 September 2019   11:14 Diperbarui: 19 September 2019   11:19 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

seribu kali aku menjadi petak-petak dalam sawahmu
kenapa terbiar dan tak ada tumbuhmu
seperti menghijau ditiup bebayu
menguning mengabarkan ada kenyang
pada bulir, pada harapan anak-anak kita

seribu kali pula petak-petak lain
pada sungai kau menjadi pelamun
pada bukit kau adalah undur-undur yang melobang
hanya sekedar mencari warna kuning
yang kau ibarat adalah singgasana
padahal kuning bulir mengenyangkan itu
lebih ramah pada petak-petak sawahmu

seribu kali aku mencintai petak-petak sawahmu
kau tetap lupa muasal hidupmu adalah dari lumbung itu
bukan dari tambang-tambang dan kuning emasmu

Ujung Kata, 919

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun