Orang-orang membunuh mimpinya, ketika pagi kabut menyembunyikan mentari, sudah lama tak melihat semburat jingga. Pada secangkir kopi, ada partikel-partikel, kehilangan rasa pahit, pada hambar selangit, dan setumpuk roti adalah sisa pembakaran, menggambar karbon di angkasa, sungguh pelit pagi menyisakan semangat bercita.
Anak-anak terperangkap dinding demi dinding, mereka kehilangan pagi yang ceria, mengeja lagu Indonesia Raya, pada upacara bendera. Kami kehilangan bendera, ditelan kabut si pencuri cahaya. Begitu parau mereka menyanyikan makna embun.
Saat mana bayi kehilangan usia, saat orang tua kehilangan masa depan, saat kami semua mencoba mengasihi kabut asap.
Masih ada suara-suara yang menelikung, menghasut kering, menjadi bara, menjadi api yang melumatkan. Kami kehilangan rumah. Mereka kehilangan nyawa. Tapi masih banyak yang enggan membaca. Pagi ini, orang-orang belajar membakar kenangan.
Ujung Kata, 919
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H