Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Membakar Kenangan yang Terlupa

16 September 2019   07:37 Diperbarui: 16 September 2019   13:38 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Orang-orang membunuh mimpinya, ketika pagi kabut menyembunyikan mentari, sudah lama tak melihat semburat jingga. Pada secangkir kopi, ada partikel-partikel, kehilangan rasa pahit, pada hambar selangit, dan setumpuk roti adalah sisa pembakaran, menggambar karbon di angkasa, sungguh pelit pagi menyisakan semangat bercita.

Anak-anak terperangkap dinding demi dinding, mereka kehilangan pagi yang ceria, mengeja lagu Indonesia Raya, pada upacara bendera. Kami kehilangan bendera, ditelan kabut si pencuri cahaya. Begitu parau mereka menyanyikan makna embun.

Saat mana bayi kehilangan usia, saat orang tua kehilangan masa depan, saat kami semua mencoba mengasihi kabut asap.

Masih ada suara-suara yang menelikung, menghasut kering, menjadi bara, menjadi api yang melumatkan. Kami kehilangan rumah. Mereka kehilangan nyawa. Tapi masih banyak yang enggan membaca. Pagi ini, orang-orang belajar membakar kenangan.

Ujung Kata, 919

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun