Alin menatap air parit yang mulai pasang naik karena hujan turun sejak dua hari lalu. Dia teringat  Ajun, sahabat kentalnya sejak kecil. Mereka biasanya  suka bermain di parit ketika sedang pasang naik. Tapi, sejak pertemuan terakhir mereka dua minggu lalu, Ajun mulai memusuhi Alin.
Alin adalah seekor anak ular sawah yang hanyut terbawa banjir besar setahun lalu. Sementara Ajun adalah anak kodok hijau yang menyelamatkan Alin dari serangan berang-berang. Sejak saat itu mereka bertetangga. Alin pun mulai suka makanan si anak kodok, yakni nyamuk.
Mereka berdua menjadi sahabat kental, Â dan digelar si AA. Hingga tanpa sengaja mereka bertemu Ulo, seekor anak ular sawah, juga teman-temannya. Anak-anak ular sawah itu keheranan melihat Alin bisa bersahabat dengan seekor anak kodok hijau.
"Hahaha, Alin, lucu sekali kau. Ajun adalah anak kodok hijau. Bangsanya adalah mangsa kita. Sebaiknya kau serahkan dia untuk kita santap bersama-sama."
Ajun menjerit ketakutan. Dia berlari ke dalam sarangnya. Sementara Alin berusaha menghalau rombongan Ulo. Saat malam hari, ketika Alin ingin meminta maaf, Ajun langsung mengusirnya. Mana mungkin seekor pemangsa bisa bersahabat dengan kodok hijau!
"Tolonglah, Ajun. Kita sudah bersahabat sejak lama. Mana mungkin aku memangsamu."
"Tubuhmu sama dengan mereka. Dulu ayah-ibuku juga pernah mengatakan, bahwa kau adalah pemangsa kodok hijau. Tapi, waktu itu aku tak yakin. Sekarang aku baru percaya kau adalah musuhku, setelah melihat hewan-hewan sepertimu."
Alin terisak memikirkan Ajun. Air di parit bertambah tinggi. Dia ingin melompat ke sana, agar dia bisa dihanyutkan entah ke mana.
Tapi, ketika dia mendengar teriakan minta tolong, niat itu dia urungkan. Ajun sedang dikejar-kejar serombongan bebek. Buru-buru Alin keluar dari pinggir parit. Dia mendesis marah. Para bebek lari ketakutan.Â
Ajun pun berterima kasih banyak. Mereka kembali bersahabat kental. Sampai sekarang, persahabatan mereka selalu dianggap hewan lain aneh. Tapi, hewan lain itu selalu mencontoh persahabatan mereka.
---sekian---