sehelai-sehelai daun kering
kulai, patah, jatuh ke muasal
seakan memberi keluasan waktu
bagi air mata menemui muasal sama
seperti kenangan masih dekat dijangkau
berteduh di bawah daun
memetik hasil daun dan bercerita
tentang keteduhan
seperti semua tak akan kering
kulai, patah
bahwa berteduh tak usai
kendati hati hanya terbuai imaji
aku tersadar telah menjadi daun
menjadi peneduh kepada yang lain
bermain bersama matahari
seolah hari demi hari tak pula usai
bahwa aku mulai tersadar
daun pasti akan kembali ke muasal
sesuatu yang bermula akan tiada
sebelum semua kulai
apa yang kuberi kepada pohon
untuk memperpanjang napas kehidupan
sehela-sehelai daun kering
kulai, patah, jatuh ke muasal
sedetik-sedetik aku merasakan
waktu berkejaran dengan angin yang lalu
Ujung Kata, 819