Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Matilah Aku

20 Agustus 2019   13:00 Diperbarui: 20 Agustus 2019   13:26 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

matilah aku
mati batu
matilah aku
menjadi hantu
tanganku kurus
tulisku luruh
tak ada dinding
aku merinding
harta ke mana
karun di mana
rejeki tak mendekat
anak-bini melarat
maka
matilah aku
mati batu

istri menikam
belatinya air mata
di mana panci yang berisi
berisi kuali itik serati
gulai apa lagi
selain caci-maki
beras telah pergi
nasi berubah basi

anak menikam
tangisnya pestol mainan
di mana susu
susu adalah tuba
ayah tak bertanggungjawab
ayah mati jadi kalap
tangannya tahi
katanya sapi

matilah aku
hatiku batu
mau pulang menjenguk
bukankah aku tak lebih pungguk

matilah aku
nyawaku paku
mau memberi
hanya ada janji-janji

ke mana oh, Tuhan
mengadu kata
pada syair tak juga memberi jawab
sekuasa tanganku hanya merapal jiwa
pada darah luka yang menganga karat

matilah aku
mati yang batu

Ujung Kata, 819

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun