Amat perlahan perjuanganku mengeluarkan air kecil. Menurunkan celana pun aku tak bisa. Aku resah, tak dapat menahan dan tak bisa mengeluarkan air kecil dengan tenang. Tapi, ya Rabb, akhirnya aku tetap bisa melakukannya, kendati aku tak tahu apakah sebagian air kecil mengotori lantai mobil.
Mobil kembali melaju. Perutku bertambah mual. Aku merasakan perjalanan ke rumah sakit amat lama. Ucapan-ucapan dalam mobil seperti serombongan lebah. Zig-zag lampu kendaran bermotor seolah menusuk mataku. Ya, Rabb. Ada apa denganku? Aku teringat anak-anak. Dengan siapa sekarang mereka? Aku teringat mati. Aku teringat rumah sakit. Mobil semakin melaju menembus malam yang semakin larut.
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H