"Lho, itu kan urusan Pekerjaaan Umum. Mereka yang harus memperbaikinya."
"Kau benar, Jubir. Tapi kau ada kesanggupan untuk membenarkan jalan itu. Mengapa harus menunggu negara? Mungkin dengan mengumpulkan keuntungan supermarketmu selama beberapa hari, jalan itu bisa kau bangun semulus-mulusnya. Seakarang, makanlah ibadahmu, masuklah ke neraka."
Haji Jubir berteriak meminta tolong, tapi tak ada yang mau menolong. Semua mengurus dirinya masing-masing. Haji Jubir menggapai-gapai. Untung seseorang memanggil namanya, sehingga dia tersentak sembari bersimbah keringat. "Oh, rupanya hanya mimpi," ucapnya.Â
Pagi ini dia berencana melakukan pembangunan jalan yang rusak di depan rumahnya agar tak menyusahkan orang lain. Dia juga akan semakin giat membantu tetangga. Dan Marjuki, akan dibantunya agar hidupnya semakin berwarna.
---sekian---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H