Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Ja Limbat

9 Agustus 2019   15:37 Diperbarui: 9 Agustus 2019   15:42 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada yang aneh dengan lelaki itu. Kulitnya sama dengan orang lain, hanya sedikit hitam. Rambutnya sama dengan orang lain, hanya sedikit jarang. Giginya sama dengan orang lain, hanya sedikit kuning. Hidungnya sama dengan orang lain, hanya sedikit pesek, sedikit bulat. 

Tapi jangan kata kalau sedang membual di Lopo Sapangkek (pen, lepau sebaya), dia mengalahkan segala. Acara radio yang penuh lawak tapi penuh kemerosok, lewat. Orang yang sebelumnya berbincang, diam. 

Kalau saja dia hilang di Lopo Sapangkek, seperti sepi sekali. Meski begitu, orang tak tahu asal-usulnya. Ketika masih bayi merah, dia dilahirkan oleh seorang ibu penumpang bis dari Jawa. Ibu tersebut sendirian. Karena saat melahirkannya, si ibu meninggal dan tak tahu di mana sanak-saudaranya, maka Ja Sulaiman, seorang duda kaya, mengambilnya sebagai anak.

Meskipun sudah dewasa, sayang sekali lelaki satu ini belum mau menikah. Perempuan banyak yang suka kepadanya, tapi suka harta benda ayah angkatnya, membuat dia sampai sekarang masih menjomblo. Begitupun, dari mulutnya yang pintar berbicara, telah berhasil menautkan hubungan pernikahan beberapa warga kampung.

Lelaki itu biasa dipanggil Ja Limbat. Jangan pula kamu berpikir bahwa dia seperti Limbad yang jago sulap dan penantang maut itu. Sama sekali tak ada hubungan. Limbat itu dalam bahasa setempatan adalah ikan lele yang disalai, hingga hitam legam, dan nyaris kulit lelaki itu warnanya senada. 

Kumis tipis lelaki itu juga mirip kumis ikan lele, tipis memanjang membuat geli. Jadi, wajar dia di panggil Limbat dan menambahkan awalan Ja di depan namanya. Ja Limbat sendiri senang saja dengan panggilan itu. Lebih bagus dari namanya sendiri; Mamek.

Dan seminggu ini, boleh dikata orang sekampung merindukan dia. Lopo Sapangkek merugi tanpanya. Dengar-dengar, Ja Limbat sakit panas. Menggigil seperti orang kesurupan. Oleh ayah angkatnya, diobati dengan pil kina asli yang diambil dari Pasanggarahan Kotanopan.

Di situ ada beberapa pohon mahoni. Besar-besar batangnya. Ukurannya hampir tiga pelukan orang dewasa. Sedang musim panen padi seperti sekarang ini, banyak biji kina yang matang. Jatuh direnggut angin. Berputar-putar sampai ke tanah, layaknya helikopter. Dan Ja Sulaiman terpaksa berebut biji kina itu dengan kanak-kanak.

Dan Alhamdulillah, lebih dari cukup Ja Sulaiman memperoleh biji kina. Lima hari lamanya biji-biji kina itu dikonsumsi Ja Limbat. Akhirnya, dia sehat seperti sediakala. Lopo Sapangkek kembali ramai. Orang-orang merubung ingin mendengar bual-bualan Ja Limbat. Radio kemerosok yang dari tadi melagukan lagu Malaysia yang suaranya timbul-tenggelam itu, dimatikanlah.

"Ha, apa kabar cerita kau sakit, Limbat?. Penat rasanya duduk berlama-lama di lopo ini tak ada kau. Parahkah sakit yang kau derita?" tanya Mizan memulai percakapan. "Pasang dulu tiga sendok kopi, jangan pakai gula, Wak Midah," pintanya, agar cerita makin segar dan kental.

"Sakitnya bukan alang-kepalang. Tapi, aku suka juga. Segala pintaku dituruti ayah. Pokoknya seperti raja. Maulah aku sakit terus-terusan kalau diibaratkan seperti raja." Tawa Ja Limbat pecah. Perut buncitnya berguncang (maaf, satu pula saya tambahkan, beda Ja Limbat dengan orang lain, perutnya yang buncit itu, sehingga ketika dia memakai kemeja, selalu saja tak dikancingkan, karena perutnya tak muat).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun