Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tukang Sulap

17 Juli 2019   11:36 Diperbarui: 29 Juli 2019   15:54 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Leder tertawa lagi. "Sudah! Anak lima orang. Kau?" Jelas aku menggeleng. Setelah Safitri meninggal dunia saat kami belum mempunyai anak, saya masih trauma untuk menikah lagi. Saya pikir tak perlu menceritakan ini kepada Leder.

"Kau tahu nggak tukang sulap tiga puluhan tahun lalu itu? Anggota mereka yang perempuan dan sepantaran kita itu, sekarang menjadi mamanya anak-anak. Dunia memang tak selebar daun kelor, tapi sewaktu-waktu dia tak lebih selebar daun kelor!."

Saya terpana mendengarnya. Tambah terpana lagi ketika dia blak-blakan tentang pekerjaannya di perusahaan kontraktor itu. Hampir semua proyek disulapnya. Harga proyek milyaran, bisa disulapnya menjadi ratusan juta. Kayu jati bisa disulapnya menjadi kayu racuk.

"Kau belajar...." Ucapan saya terpotong.

"Semua itu bisa disulap dengan ini!" Dia mengeluarkan segepok uang dari dalam tasnya. Lalu menggenggamkan uang itu ke tangan saya." Dia mengantarkan saya sampai ke parkiran, sekalian dia ingin berangkat bertemu klien dari pemerintahan di sebuah hotel. Rencananya mereka akan kongkalikong menyulap anggaran dana proyek. Tentu saja dengan memark-upnya.

Saya merasa risih mengantongi uang pemberian Leder. Begitu mobil mewahnya hilang di ujung jalan, saya menyerahkan uang segepok itu kepada seorang pengemis yang tiba-tiba jantungan. Saya menyetop taksi, dan melaju.

Setahun kemudian ketika pesawat saya sedang delay, Leder saya lihat di tivi. Berbaju oranye. Dia terkena OTT oleh KPK.

"Operasi tukang sulap lagi," celetuk orang di sebelah saya. Tiba-tiba saya bertambah benci tukang sulap.

---sekian---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun