Empat setengah tahun menjabat sebagai personalia, mendadak perusahaan tempatku bekerja terimbas likuidasi. Otomatis aku menjadi pengangguran. Istana kekayaan yang kubangun dengan susah-payah, akhirnya goyah. Sementara Ito sungguh tak bisa membantu, sebab dia hanya staff biasa di perusahaan kontraktor.
Tak lebih setahun setelah itu, kami akhirnya menjadi masyarakat seperti kebanyakan. Saat itulah aku menyadari bahwa Tuhan telah berusaha membuka mataku dengan bencana yang sepele. Dia pasti ingin memberitahu bahwa keegoisan dan kesombongan akan punah.Â
Di dunia ini tak ada orang yang kaya selamanya, begitu pula yang terjadi pada si miskin. Dan sejak jatuh bangkrut itulah, aku bersusah-payah menjalin tali silaturahmi dengan mereka yang selama ini sengaja kutinggalkan. Beruntung mereka lapang dada menerimaku. Oh, Tuhan, aku mengharap ampunanmu terhadap perilaku buruk yang telah kujalani. Tuba toh tak mesti dibalas dengan tuba.
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H