Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bahagia Menjadi Orang Baik-baik

2 Juli 2019   10:11 Diperbarui: 2 Juli 2019   10:13 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Saya pikir-pikir, dia benar juga. Ketimbang membiarkan orang-orang menganggap saya bajingan, bukanlah lebih-baik saya menjadi bajingan sebenarnya. Untuk apa bertobat kalau mereka tak mau menerima pertobatan saya.

Saya kembali bergabung dengan teman-teman. Sibuk di urusan parkir, minum-minuman keras, memalak orang. Pekerjaan itu saya lakoni hampir dua bulan. Saat tangan ini gatal ingin menjadi maling lagi, buru-buru saya batalkan. Teman saya hampir mati dihajar massa setelah menjambret tas seorang perempuan. Belum lagi pihak kepolisian sering merazia kaum pemabok dan pemalak. Hidup menjadi sempit bagi orang seperti saya.

Saya teringat Pardi. Saya ingat petuah-petuahnya. Seketika hati ini tersadar. Saya tak ingin hidup berkubang kebodohan terus. Saya ingin menjadi manusia utuh, dan dihargai masyarakat. Oleh sebab itu saya hengkang ke kota J. Kebetulan saudara Ibu tinggal dan sukses di sana.

Awalnya saya luntang-lantung di kota besar itu. Wajar saja, saya hanya seorang putus sekolah. Tapi saudara Ibu memberikan kesempatan kerja buat saya. Saya ditugaskan menjaga sebuah gudang penuh barang berharga. Hmm, bagaimana mungkin hati saya tak tergoda. Naluri bajingan saya menggeliat. Tapi hasrat menjadi orang baik-baik, melenyapkan keinginan busuk itu. Saya harus menunjukkan kepada siapa saja bahwa diri ini bisa berubah. Saya ingin benar-benar bertobat sebenar-benar bertobat. Perkara tanggapan orang, serta bagaimana hasilnya kelak, saya tak perduli. Yang penting saya sudah berusaha.

Allah memuluskan jalan saya. Tak sampai setahun di kota J, saya tak lagi menjadi penjaga gudang, melainkan menjadi sopir kantor di sebuah perusahaan bonafide. Penghasilan saya meningkat. Saya menjadi biasa bergaul dengan orang-orang terpelajar, dan tentu saja berharta. Ketika saya pulang kembali ke daerah saya, alhamdulillah tak ada lagi sesiapa yang menganggap diri ini bajingan. Orang-orang memuji saya. Orang-orang berharap banyak agar saya bisa mengajak teman-teman saya yang masih bajingan agar kembali ke jalan yang benar. Ya, Allah, betapa bahagianya menjadi orang baik-baik.

---sekian---

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun