"Bun, sudah sampai." Suara itu membuatku terperanjat. Kukucek mata, melihat dia tersenyum. Sepasang kruk kuserahkan. Dia mengecup keningku.Â
"Kalau aku sembuh, aku akan membawamu kemanapun," katanya.
Sembuh? Hatiku mengatakan tidak. Sebelah kaki Mas Sam diamputasi sebatas paha. "Pasti aku bisa." Dia menepuk punggung tanganku. Aku tersenyum. Suara-suara penjual jasa menerobos di antara sejuk pagi. Aku tetap tersenyum. Mencoba tersenyum. Lelaki di dekatku selalu ada, meski sebenarnya dia sering tiada karena celaka mendera.
----sekian----