Hujan bulan Juni datang lagi
aku menjamu dingin dengan secangkir kopi
betapa subur ladang kata menumbuhkan
aku merindu hadirmu menjangkau ingin
sebelum waktu meninggalkan
sehuruf turun di layar gawai
melukis  wajahmu selagi ingin
penyair terkadang hidup dalam angin
biarkan aku tumbuh dalam detak napasmu
ketika Sapardi mengerat langit masa lalu
aku mengudap rindu tak berpintu
menyambut hangat  di antara kabut
napas cintamu menjelma api
aku terbakar merawat bara
menjadi abu, sebelum hujan Sapardi
mengirimnya dalam syair  terpenggal
aku tersandung cintamu, rindu terlalu
kutunggu jawabmu sebelum batu
(Palembang, 2019)