Sesaat aku tersentak. Sebentuk tangan tua mengelus rambutku. Mak tak ingin lagi ragaku yang pulang, karena arti raga sama sekali tak bermata. Hanya dia sering minta doa agar segala diampunkan. Karena wujud kepulanganku  kelak menjadi  penanda bahwa tetap bisa menemukan kunci surga, untuknya aku meminta maaf, karena kepulanganku terlambat, saat orang telah kembali dari kenangan yang tersisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H