Ketujuh, di luar negeri sudah ada jasa menumpahkan kemarahan yang menyediakan tempat-tempat untuk marah. Bahkan kita bisa banting-banting segala. Hal ini berguna agar marah bisa dinetralisir. Berhubung jasa yang seperti itu tak ada di negara kita, maka datangilah tempat  sunyi dan berteriaklah sekencang-kencangnya hingga emosi kita menurun. Kita juga bisa menyapekkan badan dengan berolahraga, hingga semangat untuk marah itu sudah letoy.
Kedelapan, senjata peredam marah bisa juga dilampiaskan dengan menulis. Kita bebas menumpahkan kekesalan dengan menulis. Diharapkan ketika unek-unek tersalur, semangat marah menjadi kendur.
Marah-marah itu tak asyik, apalagi bulan Ramadan. Memang marah itu tak sampai membatalkan puasa  Hanya saja pahala puasa akan berkurang, bahkan minus, sehingga bukan pahala yang didapat, melainkan dosa-dosa. Artinya, puasa hanya kita jadikan sebagai  sarana ntuk melepaskan kewajiban. Oleh sebab itu jangan marah lagi, ya.
-----
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H