"Saya pulang sendirian, Pak. Rumah saya tak jauh dari sini. Mari, Pak!" Ikbal bergegas pulang karena langit terlihat gelap. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan.
Hampir mencapai gang menuju rumahnya, ternyata hujan  belum turun. Ikbal menghembuskan napas lega. Tapi tunggu dulu! Jantung Ikbal berdegup kencang saat melihat seekor anjing mengintainya dari halaman sebuah rumah. Ikbal berusaha tenang-tenang saja. Rasa takut akan membuat anjing mengejarnya.Â
Tiba-tiba anjing itu mengikuti Ikbal. Tanpa sadar, Ikbal berlari ketakutan. Anjing mengejarnya hingga ujung gang. "Aduh, gimana ini!" keluh Ikbal. Dia bersandar di tembok. Anjing itu mulai menggonggong dengan galak.Â
"Bigo, jangan ganggu! Sana pulang!" kata seseorang dengan lembut. Anjing itu diam, dan langsung pergi. Ikbal mengelus napas lega. Seorang lelaki seumuran ayahnya, mengajak Ikbal ke teras sebuah rumah. Dia memberi Ikbal segelas minuman dan sepiring panganan.Â
Setelah Ikbal merasa tenang, orang itu mengantar Ikbal pulang ke rumahnya. Ibu yang sedang mengambil pakaian di jemuran terkejut melihat Ikbal diantar orang.
"Ada apa dengan Ikbal, Pak?" tanya ibu.
"Ikbal tadi dikejar anjing sampai ke ujung gang. Tapi, tak sampai terjadi apa-apa," jawab orang itu.
"Iya, Bu! Untung ada bapak ini yang membantu Ikbal," sambung Ikbal.
"Kalau begitu saya permisi pulang dulu, Bu!" Orang itu berlalu.
"Terima kasih banyak bantuannya, Pak Sukendar," kata ibu.Â
Saat ibu dan Ikbal hendak masuk ke dalam rumah, Ikbal bertanya, "Pak Sukendar? Maksud ibu dia itu...?"