Aku sekarang mempunyai teman baru, lho! Kenalkan, namanya Moa Moa.Â
Lucu, ya? Namanya selucu telinganya yang panjang. Bulu putihnya yang lebat. Hidungnya yang suka basah dan bergerak-gerak.Â
"Kelinci ini Paman berikan kepada Fia, agar dirawat baik-baik. Dia akan menjadi teman Fia yang menyenangkan!" Itu kata Paman ketika memberikan Moa Moa kepadaku tiga minggu lalu.
Papa buru-buru membuatkan kandang di kebun belakang. Karena sangat sayang kepada Moa Moa, aku lebih senang menaruhnya di kamar. Sering sekali dia masuk ke bawah selimut, lalu tertidur.
"Sebaiknya Moa Moa ditaruh di kebun belakang saja, Fia! Dia butuh udara yang segar," tegur Mama suatu hari.
"Fia senang Moa Moa di kamar ini. Moa Moa juga," ucapku memberi alasan. Mama hanya tersenyum.Â
Suatu pagi sebelum pelajaran sekolah dimulai, aku, Mira dan Andien berkumpul di meja Mira. Apalagi yang dibicarakan kalau bukan tentang hewan peliharaan.
"Kucing anggoraku lucu, deh! Namanya Mika. Dia senang mendengkur. Tapi hari ini dia lesu. Kata Mama mungkin dia sedang tak enak badan." Mira bercerita dengan wajah bercahaya seperti bulan purnama.
"Aku punya ikan arwana. Sudah besar. Pemberian Nenek. Kalau makan, ikan arwana itu sangat lahap. Hati-hati, jangan sampai berani memasukkan tangan ke akuarium. Hii, jari kita bisa putus kalau digigitnya." Lain pula cerita Andien. "Tapi aku sangat sayang kepadanya."
"Kau ada hewan peliharaan juga, Fia?" tanya Mira. Di antara mereka bertiga, aku paling pendiam. Aku sering menjadi pendengar saja. Tapi mengenai Moa Moa, sepertinya aku tak tahan untuk bercerita.
Kedua temanku itu langsung kesenangan ketika aku mengakhiri cerita. Mereka memaksa mau melihat langsung Moa Moa. Ya, aku tak dapat menolak. Aku juga sangat senang ada teman-teman yang ikut melihat kelucuan Moa Moa.