Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Hape Baru

7 Mei 2019   13:35 Diperbarui: 7 Mei 2019   13:47 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : www.facebook.com

Suara di dalam kelas menjelang pelajaran pertama seperti dengung lebah.  Anak-anak merubungi Anto, ribut menyuruh harus ke sini, belok ke situ, musuh dan tembak. Main game di hape android memang asyik. Apalagi bagi Arya yang sebentar lagi mendapat giliran. Dia harus berjuang agar tak kalah dari musuh, dan terpaksa menyerahkan hape kepada giliran selanjutnya.

"Guru datang, guru datang!" teriak Bambang sambil berlari ke bangkunya. Anak-anak lain berbuat serupa. Arya yang hampir mendapat giliran bermain game, merasa kesal karena gagal dan gagal lagi. Sejak Anto membeli hape android, baru sekali Arya berhasil bermain game.

"To, masa' aku teman sebangkumu baru sekali bisa main game," rajuk Arya.

"Besok lagi, Arya. Jam istirahat nanti bagianku. Kau dan teman-teman menonton saja," tekan Anto. Arya mengeluh sambil mengeluarkan buku pelajaran.

Pikiran tentang hape android memenuhi kepala Arya mulai dari pelajaran pertama hingga pulang sekolah. Teman-temannya yang asyik bercerita tak dia perdulikan. Bahkan saat turun main, dia tak ikut main bola di lapangan sekolah. Berkali-kali teman-temannya memanggil, tapi dia tetap betah di sebelah Anto. Siapa tahu Anto berbaik hati meminjamkannya hape android itu.

Pokoknya Arya harus membeli hape android. Dia tak perlu lagi berebutan di sekolah hanya sekadar bermain game perang-perangan. Pulang sekolah dia bisa main game, malam-malam juga. Nah, hari Minggu dia bisa bermain game seharian. Asyiiik!

Tanpa bersalin pakaian seragam, Arya langsung berlari ke kamarnya. Ibu yang sedang menggoreng tahu-tempe untuk jualan nanti malam kelihatan heran. Biasanya Arya setelah pulang sekolah bersalin pakaian seragam dulu, lalu menuju dapur.

"Nggak makan dulu, Arya," teriak ibu. Arya tak menjawab. Saat tiba di belakang ibu, dia sedang menggendong celengan ayam.

"Bu, boleh, ya." Dia mengguncang-guncang celengan ayam.

"Boleh apa? Kamu nggak makan dulu. Belum lapar, ya?" Ibu melirik sebentar ke arah Arya. Tahulah ibu apa mau anak itu saat melihat celengan ayam. Pasti Arya ingin memecahkannya. Pasti Arya ingin membeli hape android seperti milik temannya. Hmm, apalagi kalau bukan karena game.

Ibu tak masalah kalau dia memecahkan celengan ayam itu untuk keperluan lain seperti membeli sepatu sekolah. Nah, ini dia hanya ingin membeli hape. Ibu takut Arya berubah seperti anak tetangga sebelah. Dipanggil orang tuanya saja tak menyahut. Apalagi disuruh macam-macam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun