Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ayahku Tukang Sampah

7 Mei 2019   10:01 Diperbarui: 7 Mei 2019   10:02 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

"Besok murid- murid disuruh bercerita tantang ayah masing-masing. Termasuk pekerjaannya." Aldi tertunduk.

"Jadi, Aldi malu mempunyai ayah yang bekerja sebagai tukang sampah?" Kak Sita langsung menebak. Aldi meringis. 

"Aldi, kita harus bersyukur mempunyai seorang ayah,  meskipun hanya seorang tukang sampah. Coba, ayah orang lain, belum tentu memiliki pekerjaan. Ada yang menjadi pengemis, pemulung, pengamen. Ayah orang lain belum tentu bisa menyekolahkan anak-anaknya seperti ayah kita," lanjut Kak Sita panjang-lebar.

"Iya, Kak!"

"Apa Aldi tak kasihan melihat Ayah bersusah-payah menyekolahkan kita? Di samping menjadi tukang sampah, Ayah masih menyempatkan diri mengumpulkan barang-barang bekas yang bisa dijual. Ayah sampai rela pulang ke rumah jam empat sore, sementara tukang sampah lain sudah di rumah saat lohor tiba. Itu demi kita semua, Aldi!"

Aldi tersenyum. Iya juga, ya! Lagi pula tugas ayahnya luhur dan sangat dibutuhkan masyarakat. Seandainya ayah Aldi bolos kerja karena sakit selama seminggu, banyak masyarakat yang bingung. Sampah-sampah menumpuk di pinggir jalan. Lalat beterbangan. Bau busuk di mana-mana. Hiii! Aldi harusnya bangga.

* * *

Maghrib hampir tiba. Ayah Aldi belum muncul-muncul juga. Ibunya sedih, berulangkali menatap ke halaman depan rumah. Kak Sita sudah siap-siap menyusul Ayah. Tapi menyusul ke mana? Beberapa menit lalu Kak Sita sudah ke rumah Pak Sueb. Rumah Pak Sueb adalah tempat Ayah menyimpan gerobak sampah. Tapi kata Pak Sueb, Ayah sudah pulang.

Bagaimana ini? Kalau ada apa-apa dengan Ayah, mereka semua akan kebingungan. Selama ini hanya Ayah yang mencari nafkah. Meskipun sekarang dibantu Ibu dari hasil membuat kue yang dititipkan ke warung tetangga, tapi itu tak mencukupi. 

Aldi teringat pada kejadian yang menimpa Ayah Udin. Ayah Udin teman sekerja ayah Aldi. Sebulan lalu dia mengalami kecelakaan lalulintas. Sekarang dia tak bisa berjalan kaki karena kakinya diamputasi.

Tiba-tiba Ayah muncul di halaman depan rumah. Badannya kotor dan basah. Ibu, Kak Sita dan Aldi cemas. Tapi tawa Ayah yang lebar membuat semua lega. Apalagi kemudian Ayah bercerita baru saja membantu warga yang rumahnya kebanjiran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun