Aryo merengut terus selama perjalanan  menuju ke rumah Kek Ito. Ayah yang berulangkali membuat lelucon, tak bisa membuatnya tertawa. Apaan sih berliburan ke kampung? Begitu selalu yang berkecamuk di dalam batin Aryo.  Padahal dia sudah berencana dengan Deden dan Aldi akan jalan-jalan ke mall yang baru buka itu. Pasti asyik dan mengenakkkan!
Tapi Ayah dan Ibu bersikeras menghabiskan liburan selama lebaran ke rumah Kek Ito. Mereka sudah tiga tahun tak berkunjung ke rumahnya. Kasihan Kek Ito kangen berat bertemu anak-anaknya, terutama dengan cucunya Aryo.
Sepuluh jam kemudian, mereka tiba di halaman sebuah rumah yang besar. Ayah dan Ibu segera mengeluarkan barang-barang dari dalam mobil ke dalam rumah besar itu. Seorang lelaki tua ikut membantu mereka. Mungkin itu Kek Ito. Aryo samar-samar mengingatnya.
"Ayo, Aryo ke luar dari dalam mobil! Apa mau mendekam terus di sini," tegur Ayah. Aryo ke luar dari dalam mobil dan memberi salam dengan terpaksa kepada lelaki tua itu. Dia memang Kek Ito. Mereka bersama-sama masuk ke dalam rumah rumah dan duduk di atas tikar pandan. Ada beragam makan dihidangkan di situ. Tapi Aryo malas-malasan menikmatinya.
"Pokoknya di sini membosankan!" keluh Aryo kepada Ayah. Ayah yang sedang mencuci mobil hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. "Coba kalau aku jalan-jalan bersama Deden dan Aldi ke mall yang baru buka itu. Pasti asyik!"
"Tak baik marah-marah begitu, Aryo! Orang tua harus dihormati. Berdosa berbicara kasar begitu," tegur Ibu yang sedang membawa air dalam ember.
Aryo tertunduk lesu. Dia memilih lebih banyak diam. Bahkan ketika semua orang bercerita di ruang tamu, dia langsung masuk ke dalam kamar. Dia beralasan kecapekan. Padahal dia hanya bosan, dan ingin tidur-tiduran saja.
Besok paginya, Ayah membangunkan Aryo. Dia sudah mengenakan kaos oblong dan celana pendek. "Kita mau berburu, Aryo! Ayo, Ikut! Tak usah tidur terus. Nanti busuk!"
"Berburu apa, Ayah? Masih enak aku tidur-tiduran sampai siang," ucap Aryo.
"yo, ikutlah!" ujar Ayah. Aryo langsung mengggosok gigi. Dia tak mau mandi karena hari masih dingin. Bersama dengan Ayah, Ibu, Kek Ito dan istri Kek ito, mereka menuju hutan. Aryo heran melihat tak ada di antara mereka yang membawa senapan. Saat mereka tiba di pinggir hutan, Aryo semakin heran karena mereka berhenti di depan sebuah kolam besar.
"Kita sudah sampai! Ayo, kita segera berburu ikan!" seru Ayah. Ada sekitar lima orang lelaki muda yang menunggu di pinggir kolam. Mereka langsung bergerak membuka bambu penutup air, dan membiarkan air di dalam kolam mengering.