Gajah menggerak-gerakkan belalainya. "Kami bertengkar? Pak Harimau mengada-ada saja. Sudahlah! Aku buru-buru. Selamat tinggal, Pak Harimau!"
Harimau semakin yakin kalau gajah dan semut tidak lagi bersahabat akrab. Tadi gajah hanya berkilah. Buktinya dia buru-buru pergi karena tidak ingin kebohongannya terbongkar.Â
Sementara kijang yang berjalan ke arah barat, akhirnya bertemu semut yang hampir tenggelam di sebuah telaga. Kijang berusaha menolongnya, tapi tidak berhasil. Beruntung angin bertiup kencang. Tubuh semut yang kecil terbawa riak telaga sampai ke pinggir.Â
"Temanmu di mana?" tanya kijang.
Semut mengeringkan tubuh di atas batu. "Teman yang mana?"
Kijang menggeleng-geleng. "Si gajah! Dia kan teman akrabmu! Apakah kalian sekarang bermusuhan? Ingat, Mut! Mencari musuh itu sangat mudah. Mencari teman itu susah bukan kepalang."
"Bermusuhan? Ah, Pak Kijang mengada-ada saja. Aku dan gajah tetap baikan kok! Oya, aku melanjutkan perjalanan dulu, ya!"
Kijang mencoba menghalangi semut. Sayang sekali semut sudah menghilang di balik rerumputan. Kijang terpaksa pulang menemui harimau yang sedang beristirahat di pinggir sungai.
Kedua binatang ini saling mengeluhkan usaha mereka yang gagal. Jangankan menyuruh berdamai, mengetahui apakah gajah dan semut memang sedang bermusuhan, mereka tidak berhasil. Akhirnya kedua binatang ini tertidur sampai pagi.
Seminggu setelah itu gajah dan semut tidak pernah kelihatan lagi. Warga hutan cemas kalau-kalau mereka ditimpa bencana, atau mungkin gajah menginjak semut sampai mati. Kemudian pasukan semut menyerang gajah, lalu si gajah mati.
Beruntunglah minggu berikutnya warga hutan melihat gajah dan semut di bawah pohon yang rindang. Aneh sekali, mereka tiba-tiba kelihatan akrab. Apakah permusuhan mereka sudah usai? Harimau dan kijang buru-buru mendekati dua binatang itu.