Banjir pun semakin tinggi. Melahap lantai satu gedung itu. Barikade satpam pun buyar. Pengungsi semakin berjubel. Semua naik ke lantai dua, tiga, empat, lima, enam dan tujuh. Gedung penuh sesak pengungsi dan pengunjung. Berjubel mengutuki banjir.Â
"Dulu kita tak pernah dilanda banjir. Kenapa sekarang sampai kebanjiran?" keluh masing-masing orang.
Seorang lelaki berseragam yang kukenal sebagai ketua dewan, pun ikut mengeluh. "Ya, banjir ini ada karena gedung ini ada. Seharusnya gedung ini tak dibangun di atas rawa-rawa."
Keputusan yang terlambat, batinku. Aku, istriku dan kedua anak kami menggigil meratapi nasib.
---sekian---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H