Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mudik Tak Mudik

17 April 2019   23:30 Diperbarui: 17 April 2019   23:39 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

"Mas!" Anehnya dia mesem-mesem, bukan masam-masam. Aku sedikit curiga.

"Ada apa?" Aku acuh tak acuh.

"Kita berangkat hari ini ke kampung. Tutuplah lapaknya."

"Kau meminjam uang pembeli tiket, ya? Kepada siapa? Rentenir itu?" Amarahku hampir meledak. Tapi kutekan sebisanya, mengingat aku sedang puasa.

Dia mendadak seperti perempuan yang malu-malu menemui calon suaminya. Dia memegang tanganku. "Maafkan aku dan anak-anak ya, Mas. Kami sempat memboikot Mas hanya karena rencana mudik, Mas gagalkan. Tapi perbuatan Mas mendapat restu dari Allah. Tadi aku menerima kiriman wessel dari sebuah perusahaan."

"Kiriman wessel? Maksudmu?"

"Ya, kita menjadi salah seorang penerima hadiah thr dari perusahaan itu, karena dua bulan lalu aku iseng-iseng ikut menjadi peserta undian dengan mengirimkan kotak bekas teh ke alamat perusahaan itu."

"Kau serius?"

"Dua rius!" Dia tertawa. Aku menatap langit. Allah benar-benar pemurah. Maha pemurah.

---sekian---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun