Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

PSI, Ente Ngartis atau Nyaleg?

2 April 2019   23:06 Diperbarui: 3 April 2019   12:31 2433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : www.dewandakwah.or.id

Seharusnya kecambah itu berharap menjadi (pohon)  kacang ijo atau kacang kedelai, agar harganya lebih menantang. Namun, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sepertinya tetap ingin menjadi kecambah. Pentolan PSI tak pernah belajar pada pendahulunya. Ketika mereka menebar benih hujan, maka pasti akan menuai badai.

Saya tak perlu menyebut merk, tapi perlakuan mereka terhadap umat Islam sebagai agama mayoritas di bumi Indonesia cenderung menyepelekan. Pada awalnya hanya ibarat bukti keangkuhan, akhirnya sampa ke sini bersusah payah meraih simpati lagi. Nasi sudah jadi bubur. Pamor mereka pun semakin kabur. 

Sebuah partai, sadar atau tidak, diibaratkan penjual, sementara pemilih itu pembeli. Adalah salah jika penjual obat pelangsing di lingkungan yang rata-rata pembelinya gemuk, menghina tubuh si gemuk, lalu menawarkan obat pelangsing. Yang ada pembeli minggat. Syukur-syukur wajah tak dijambak.

Memang improvisasi sebagai anak bawang sah-sah saja. Hanya sekadar agar nama PSI diingat? Bagaimana kalau yang diingat agar tak mencoblos caleg PSI? Uang bejibun yang digelontorkan untuk keeksisan para caleg, akhirnya terbuang percuma.

Harusnya PSI berkaca, bagaimana para caleg partai lain mati-matian merayu pembeli. Mulai sumbangan-sumbangan dadakan, sampai serangan fajar dilakoni, hanya agar pembeli terayu. Tapi ini, PSI seperti ingin bermain sendiri, tertawa tak ajak-ajak, dan menangis sorangan.

Ada dua gebrakan PSI yang sangat dipaksakan. Berharap  ngejoss, akhirmya jeblok.

Pertama ucapan Bu Grace beberapa minggu lalu di Medan, cenderung menyudutkan Perda Syariah. Hal ini tak hanya menyulut emosi umat Islam, juga memantik kericuhan dengan partai koalisi pendukung Jokowi.

Alih-alih menyambut anak baru yang harus diajari, ternyata menjadi anak baru yang tidak dipedulikan. Ada selentingan bahwa PSI bukan semata-mata ingin membantu Jokowi, tapi lebih mementingkan kemajuan caleg atau partainya. Pada titik ini bukan hanya umat Islam yang risih, juga koalisi pendukung Jokowi.

Kedua, antipati dengan poligami, bahkan tuntut poligami (ente mau demo Allah),  telah melukai hati umat Islam. Bahkan iklan yang melebihi waktu tayang sabun mandi itu selalu muncul di layar kaca seolah melecehkan.

PSI harus belajar lebih dalam lagi tentang sejarah Islam. Kata poligami itu adalah ucapan Allah di dalam Al Qur'an  lebih seribuan tahun lalu.

Poligami itu bukan perintah dari Allah, melainkan saran. Sebab pada jaman dulu, istri atau katakanlah selir seseorang, apalagi dia berkuasa, berjumlah seribuan, mungkin lebih, sehingga perempuan itu menjadi tak berharga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun