Besok harinya, ketika kukembalikan buku tebal ke pemiliknya, ternyata si Gondrong sedang asyik membersihkan halaman rumahnya dari sampah yang membukit. Tak seperti kemarin, kali ini dia sumringah melihatku berdiri di dekat pintu pagar. Â Segera dia menghentikan kesibukannya. Menampar-nampar keduabelah tangannya yang berdebu, lalu mengajakku masuk. Dia tak berbicara banyak tentang buku yang kupinjam. Setelah benda keparat itu di tangannya, dia hanya mendesah, lalu memasukkannya ke dalam lemari buku.
Dia mempersilahkanku duduk, lalu menanyakan perkembangan kejiwaaanku. Kujawab saja ada perubahan, tapi semakin buruk. Bukunya tak banyak membantu, selain membuatku selalu lebih cepat tertidur dari biasaya.Â
Dia tertawa sambil memohon maaf atas solusinya yang tak bagus. Tapi dia senang melihatku datang. Berarti dia memiliki seseorang untuk diajak berbincang melewati hari-hari yang menyebalkan. Dan entah siapa yang menyuruh, mulailah mulutnya berceloteh.
Si Tuan Gondrong menceritakan tentang kehidupannya yang tak karuan. Sebagai seorang ahli kejiwaan, jujur diakuinya bahwa dia sama sekali tak bisa mengobati jiwanya sendiri. Lima tahun lalu, dia seorang pebisnis, sehingga bisa mambangun rumah minimalis yang tengah menaungi kami saat ini. Dia memiliki seorang istri cantik, serta berkarier cemerlang. Awalnya rumahtangga mereka adem-ayem Sayang, menjelang umur pernikahan mereka setahun, mulailah kejiwaan Gondrong terganggu.
Entah sebab apa, dia mulai neko-neko tentang hubungan di atas ranjang bersama istrinya. Tuan Gondrong ini ingin mengubah gaya  bercinta layaknya trik dan tips yang pernah dibacanya di buku kamasutra. Si istri kontan kebingungan. Dia yang enggan menyikapi hubungan seks kelewat ektrsim, kurang setuju dengan niat si Gondrong. Bagaimana tidak, meskipun perempuan karier, dia tetap taat pada aturan agamanya. Dia malu pada permintaan Gondrong. Tetapi dia tak bisa menolak. Terpaksalah pasrah menjadi bulan-bulanan suami.
Saat waktu berlalu cepat, dan Tuan Gondrong berubah semakin ekstrim, dia mulai kesal. Setiap kali hendak berhubungan, dia selalu dipukul. Disundut api rokok, dan perbuatan memualkan lainnya. Lebih gila lagi, Tuan Gondrong malahan senang mengajak teman cowoknya kencan di rumah. Dari situlah si istri tahu, bahwa sang suami ada kelainan seks, dari yang ekstrim sampai kehomo-homoan.
"Mengapa kau ceritakan semua itu kepadaku? Aku bukan ahli kejiwaan sepertimu. Seharusnya kau yang harus mengobati dirimu sendiri. Masa mengaku-aku ahli kejiwaan, jiwanya sendiri tak sanggup dikendalikan," ucapku kesal.
"Ah, itu kan cara orang mencari uang. Seorang polisi lalulintas misalnya, belum tentu mematuhi aturan yang tercantum di buku undang-undang. Dia menangkap orang yang menerobos lampu lalulintas, tapi dia sendiri suka menerobosnya. Seorang jaksa menuntut bandar narkoba, namun si jaksa diam-diam memiliki banyak narkoba di rumah untuk dikonsumsi. Kau juga, melarang anak jangan merokok, namun kau merokok. Melarang anak pacaran, kau malahan bercinta dengan pelacur. Apalagi, kan sama  saja!"
"Lebih baik aku pulang. Kau bisa membuatku gila!" ketusku.
Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Ternyata aku tak jadi dan tak mungkin pulang. Mulut Tuan Gondrong berbisa. Maka sehari-semalam aku bersamanya. Dengan kelihaian terapi kejiwaan yang dimilikinya, aku telah berubah menjadi homo sejati. Aku dipacari Tuan Gondrong. Ternyata baru kutahu, dia sebenarnya ahli jiwa yang handal untuk merubah perilaku orang dari yang buruk menjadi lebih buruk.Â
Setan alas! Ujung-ujungnya aku menjadi asistennya, mencari orang-orang yang mau dijebak supaya bertambah terjebak. Sedangkan mengenai istriku, malah senang-senang saja. Dia tak sering mengomel lagi setelah aku bekerja bersama Tuan Gondrong. Bulananku ada. Tapi dia tak tahu sebenarnya aku telah  berselingkuh; dengan seorang lelaki bernama Gondrong. Alamak!