Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tentang Kebiri, Janji dan Mimpi

12 Mei 2016   10:24 Diperbarui: 12 Mei 2016   10:36 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

laku kesesatan bergonta-ganti

anak-anak diperkosa dan dihukum mati

ke mana penguasa negeri seperti lamban berlari

godok sana-godok sini, tapi akhirnya basi

dan terulang kembali

dalam sebulan ini sudah dua kali

YY yang memulai

LN menambahi

semua berjalan rapi

seolah menagih lagi dan lagi

cepatlah hai penguasa negeri

bersigaplahlah wakil kami

kemana saja kalian setelah sibuk mencaci-maki

tapi hukum yang dijatuhkan masih bisa dicandai

usulnya dikebiri

kami pikir tidak akan menyudahi

hanya menimbun dendam pemantik api

ketika lepas mereka bisa berbuat lagi

tidak perlu biji dan batang lagi

tangan bisa dijadi

berjejalan sex toy bisa dipakai

amarah kebiri tidak akan menyudahi

usul kami yang hanya bisa bermimpi

anak yang digagahi dan tidak mati

dua tangan pelaku yang dikebiri

sebab itu lebih mencegah berbuat lagi

ketimbang kebiri batang tak menyudahi

usul kami yang hanya bisa bermimpi

anak yang digagahi sampai mati

hukum mati pilihan pasti

bila membeli sepadan dengan yang dibeli

bila berhutang malah be-riba ketika kembali

kenapa nyawa tidak bisa dibayar dengan mati

wahai penguasa kami

janganlah tetap tidur dan bermimpi

biarlah kami yang terus bermimpi

menanti kalian berbuat untuk negeri

dengan hukum yang tak lagi banci

tapi paling ditakuti

(Mei '16)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun