Mohon tunggu...
Muhammad Rifan Prianto
Muhammad Rifan Prianto Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia

Muhammad Rifan Prianto, lahir di Jakarta. Penulis yang baru merintis karirnya di atas pena. Aktif bergiat di Arena Studi Apresiasi Sastra. Menulis puisi, cerpen, dan esai. Beberapa tulisannya telah dimuat di media digital.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sekilas Info

17 Oktober 2024   09:20 Diperbarui: 17 Oktober 2024   09:41 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Belum sempat basuh muka yang bonyok

Sehabis mimpi ditonjok Mike Tyson, TV yang

Begadang sedari malam ngabarin kalo pajak

Bakal melambung lagi, beserta program paksaan

Buat nabung gaji kita di kantung negara. Gaji yang

Bahkan angkanya menggelinding di tengah bulan.

Terus gua bertanya, apa yang mau ditabung dari

Penghasilan para penyair. Menabung ide pun

Udah bikin otak terasa berguncang-guncang, kayak

Abis ngisep gorilla. Sedangkan kehidupan makin berbayar

Di negeri yang penuh transaksi undang-undang ini.

Di pulau hampir ibukota, istana dibangun megah-megah,

Meski presiden harus pasang muka mesum dan joget striptis

Di kursi kayunya. Meski masyarakat harus jengah menelan

Ludah sendiri buat bertahan hidup. Dan demokrasi udah jadi

Keset selamat datang yang gak pernah dicuci bertahun-tahun.

Sebelum bikin pusing kesekian keliling, TV gua matiin. Ngebatin

Denger wawancara busuk petinggi yang selalu gak tahu kalo ditanya.

Yang selalu tampak ceriwis dan berlagak seperti orang dungu

Kekurangan makanan bergizi, dan otaknya korslet gabisa dipake.

Gak lama, kedenger berita duka dari corong rumah ibadah samping

Kosan. Katanya, telah meninggal fulan bin fulan sehabis shubuh tadi.

Jasadnya ditemuin telanjang di comberan.

Di luar rumah, polisi-polisi udah memenuhi jalan kampung.

Police line mengelilingi TKP. Selagi mengusut keganjilan, merangkai

Motif, pers konferens, mereka berkata akan patrol untuk meringkus

Pelaku pembunuhan. Dan seminggu yang mendatang, jalanan kampung

Bakal sunyi. Para warga, terutama tukang bakso, tukang jajanan anak,

Tukang kuli bangunan, diimbau agar gak keluyuran larut malam, biar

Gak jadi korban salah tangkap.

2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun