Mohon tunggu...
Muhammad Rifan Prianto
Muhammad Rifan Prianto Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia

Muhammad Rifan Prianto, lahir di Jakarta. Penulis yang baru merintis karirnya di atas pena. Aktif bergiat di Arena Studi Apresiasi Sastra. Menulis puisi, cerpen, dan esai. Beberapa tulisannya telah dimuat di media digital.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Polemik Sastra Masuk Kurikulum, antara Ide Mulia dan Implementasi Semberono

2 Juni 2024   09:40 Diperbarui: 2 Juni 2024   14:04 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

(tulisan ini diilhami oleh beberapa esai sastrawan, dengan judul [1] Surat Nirwan Dewanto untuk Para Kurator/Penyusun "Buku" Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra 2024 dan [2] Sastra Masuk Kurikulum: Catatan Kritis Maman S. Mahayana)

Melihat semangat literasi yang masih rendah, hadirnya wacana sastra masuk ke dalam kurikulum pembelajaran seakan membawa angin segar--setidaknya bagi saya pribadi. Selain berpotensi meningkatkan minat baca bagi peserta didik, membaca sastra juga dapat membentuk kepribadian pembaca yang berbudi pekerti. Atau kata lainnya adalah Cultural Refinement.

Namun, pelaksanaan program yang diinisiasi oleh kemendikbudristek ini dirasa ugal-ugalan. Tidak mencerminkan instansi yang literer. Bagaimana tidak, banyak kecacatan informasi yang terdapat pada buku Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra. Informasi riwayat hidup Sutardji, misalnya. Mata Kiri sastra Indonesia ini dituliskan telah wafat pada 17 Juli 2020. Padahal, dirinya masih sehat sentausa sampai saat ini. Kemudian, kesalahan informasi lainnya yang menjelaskan bahwa Pramoedya Ananta Toer pernah meraih hadiah Nobel. Perlu diluruskan bahwa Pram hanya dicalonkan saja sebagai kandidat penerima hadiah Nobel. Belum lagi mengenai kesalahan kepenulisan di hampir halaman buku ini.

 

Buku panduan setebal 772 halaman tersebut juga dirasa akan menambah beban bagi tenaga pengajar dan peserta didik. Banyak penyetiran yang masih abu-abu, seperti rekomendasi terhadap buku Nyanyi Sunyi karya Amir Hamzah yang direkomendasikan untuk bacaan tingkat SD, dan sebagai sarana pembelajaran agama.

 

Maman S. Mahayana, menilai bahwa kriteria rekomendasi yang mencakup tingkat keterbacaan, keterpahaman, dan kesesuaian wawasan perlu diperhatikan lagi. Kemudian, kritikus sastra kawakan ini memberi contoh tentang novel Putu Wijawa berjudul Stasiun. Menurutnya, novel ini menggunakan teknik arus kesadaran atau stream of consciousness, yang mana teknik ini merupakan salah satu bentuk tulisan yang paling tidak terkendali, karena memang bertujuan sebagai cerminan proses berpikir alami, yang terlepas dari aturan tata bahasa dan sintaksis.

 

Menurut para kurator, mereka tidak mengetahui terkait pembentukan buku panduan yang diluncurkan ke publik pada 20 Mei lalu. Setelah merekomendasikan 177 bacaan sastra yang tersebar menjadi 43 judul untuk SD, 29 judul untuk SMP, dan 105 untuk SMA/ sederajat, tugas mereka selesai tok sampai di situ.

 

Ketiba-tibaan peluncuran buku Panduan ini juga menuai kritik dari Nirwan Dewanto. Ia mengatakan bahwa peluncuran tersebut tanpa ada kehati-hatian, tanpa pemeriksaan, tanpa sikap cadangan akan kesalahan dari tim proyek ini. Dengan kegaduhan ini, seakan-akan hanya mengejar target sebelum orde yang berkuasa ini kadaluarsa, dan dengan kemungkinan anggaran yang pragmatis. Sampai-sampai, Nirwan Dewanto tak sudi hati karyanya termasuk ke dalam proyek ini. Ia meminta agar kumpulan puisinya yang berjudul Jantung Lebah Ratu agar tidak disertakan ke dalam daftar proyek ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun