Konsep amor fati yang ditawarkan filsafat stoikisme ini memiliki keselarasan yang sama terhadap konsep syukur yang ada di dalam Al-Qur'an sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya. Konsep syukur yang terdapat di surah Ibrahim ayat 7 ada di dalam Al-Qur'an yang berbunyi:
Â
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
Imam al-Qurthubi menerangkan ayat di atas bahwa dengan bersyukur seseorang akan memperoleh kebahagiaan, kesempurnaan, serta tambahan nikmat. Syukur akan menjaga nikmat yang telah ada sebagaimana nikmat yang telah hilang kembali (Rahman et al., 2022).Â
Salah satu prinsip yang ada diajaran stoikisme adalah hidup bebas dari emosi negatif, menjalani hidup damai dan hidup mengasah kebajikan (virtue), yaitu: kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan pengendalian diri (Rahman et al., 2022).
Menurut stoikisme kebahagiaan yang sejati bersumber dari hati, sehingga manusia tidak akan bisa mendapatkan kebahagiaan jika hanya mengandalkan sesuatu yang tidak dapat dikendalikannya sebab tidak rasional. Seperti opini dan sikap orang lain, popularitas, kekayaan, dan lainnya (Rahman et al., 2022).
Konsep di atas memiliki kesamaan dengan konsep sabar dalam manajemen emosi yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Konsep sabar terdapat di dalam Al-Qur'an surah al-Baqarah ayat 155-156 sebagai berikut:Â
Â
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,"
Â
"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)."