Tidak lama setelah bisikan dari Nino tadi, satu keajaiban untuk Ina. Ina berbicara walaupun hanya beberapa kalimat, lalu Ina berkata: Sayang.. Kamu pergilah ke kampusmu. Kamu pasti cape seharian menjagaku. Itulah perkataan terakhir yang di bicarakan oleh Ina untuk Nino.
Kemudian Nino menjawab, baiklah sayang aku akan pergi tapi aku akan kembali nanti pulang kampus, saya harap kmu akan baik-baik saja sayang.
Tampa menjawab perkataan dari  Nino, Ina pun hanya berlinang air mata. Lalu Nino pun pergi, tinggalkan Ina. Kini Nino harus kembali ke kontrakannya hendak mau menyiampkan beberapa kebutuhan mau ke kampus.
Saat Nino melangkah mau ke kampus, si Nino pun di hampir salah satu keluarga dari Ina. Lalu lelaki itu berkata kepada Nino, sekarang kamu harus kembali ke rumah sakit karena Ina sudah tiada lagi di dunia ini.
Tanpa pikir panjang, Nino langsung berangkat ke rumah sakit. Sampainya di sana ia melihat si Ina  sudah ada di kamar jenasa. Saat melihat itu hatinya pun mulai sakit. Harus kehilangan cinta untuk kedua kalinya, rasa piluh campur aduk di hati Nino.
Ucapan belah sungkawapun hanya ia terima dari mulut teman-temannya.
Hampir satu tahun sudah berlalu kini Nino memasuki semester akhir yaitu semester delapan, karena kesibukannya yang padat ia lupa tentang si Ina.
Setelah selesai semua tugas akhir dari kampusnya, Nino pun menemukan lagi tambatan hatinya. Dia seorang gadis cantik yang bernama Amira orangnya cantik, baik, dan pemalu.
Seiring berjalanya waktu, mereka dua pacaran biasa saja. Suatu ketika Nino sudah wisudah. Dan memutuskan untuk pulang ke Manggarai tempat asalnya. Sampai di Manggarai dia memiliki pekerjaanya sesuai bidang apa yang dia ambil waktu kuliah.
Hari demi hari telah berlalu  untuk sekian kalinya lagi Nino harus menjalani bubungan jarak jauh.
Tiga bulan lamanya mereka terpisa karena jarak. Pada saat itu, ada satu terjadi yang aneh pada Amira.
Amira ternyata hamil. Yang menghamili Amira itu bukan Nino, melainkan temannya Nino sendiri. Mendengar berita itu Nino pun, meresa kehilangan cinta untuk ke tiga kalinya.
Saat itu juga setelah dia merasa kecewa yang ketiga kalinya, ahirnya Nino pun menutuskan untuk tidak mau pacaran walapun perempuan secantik apapun.
Akirnya dari itu Nino pun berjanji kepada dirinya sendiri bahwa dia tidak mau jatuh cinta lagi. Karena baginya Cinta itu menyakitkan. Nino pun berkata hanya seorang ibu saja yang terbaik di dunia ini. Lebih baik saya mencintai ibu saya sendiri daripada mencintai perempuan yang belum tentu mencintai saya, seperti ibu mencintai saya.
Penulis: Oktavianus S. Jebaut dan Arifanus Apur
Catatan: Mohon maaf bila ada kesamaan nama, dan tempat, karena cerita ini berangkat dari teman kami yang pernah mengalami seperti itu.