Mohon tunggu...
Rifan Bilaldi
Rifan Bilaldi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI. Pendidikan adalah gerbang harapan dan bahasa adalah kunci pendidikan. Kita harus menjunjung tinggi pendidikan, pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia

Yuk! Tingkatkan kualitas pendidikan dan mengenal serta belajar bahasa Indonesia untuk menambah pengetahuan dan wawasan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Muka Tertekuk dan Kusut Muka

17 September 2021   16:44 Diperbarui: 17 September 2021   17:03 3554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Muka tertekuk merupakan bagian dari kesekiankalinya fenomena bahasa yang terjadi di masyarakat, sama halnya seperti fenomena-fenomena lainnya, baik yang sudah terungkap, maupun yang belum. Ungkapan muka tertekuk ini mirip-mirip dengan ungkapan muka kusut (kusut muka) yang memiliki makna sedang muram atau sedih. Namun, makna muka tertekuk ini pada dasarnya sedikit berbeda dengan kusut muka. 

Oleh sebab itu, ungkapan muka tertekuk belum ada di dalam KBBI karena hal ini perlu dikaji lebih jauh lagi, apakah termasuk dalam kategori muka kusut atau tidak. Menurut hemat saya, makna muka tertekuk memiliki hakikat yang berbeda dengan muka kusut walaupun itu sedikit. Maka, untuk mengetahui lebih lanjut saya akan menganalisis makna tersebut secara rinci.

Pada suatu kalimat, ungkapan muka tertekuk sering saya jumpai bahkan tak jarang saya juga menggunakannya. Contoh, saya akan mengambil satu kalimat yang sering sekali digunakan yaitu, "Ada apa sih, muka ditekuk aja."

Berdasarkan dari kalimat tersebut, jika ditelaah secara logika, tentu saja tidak mungkin muka bisa ditekuk, sebab muka bukanlah bagian anatomi tubuh yang bisa ditekuk seperti tangan, kaki, jari-jari, leher, dan lainnya yang memiliki lekukan, karena muka tidak memiliki siku atau persendian yang dapat dikekuk. Namun, pergerakan di muka dipengaruhi oleh otot-otot muka di dalam kulit.

Muka merupakan suatu alat yang dapat digunakan oleh manusia untuk menyampaikan ekspresi. Dalam melakukan sebuah ekspresi tersebut muka memiliki otot-otot yang dapat berfungsi sebagai pengendali gerak lentur penentu ekspresi yang disebut facial muscle, mimetic muscle, atau otot wajah. Oleh karena itu, tekstur di muka bisa dikerutkan bahkan dengan bentuk kerutan yang tidak teratur sehingga dapat memunculkan ungkapan kusut muka.

Sebab, makna kusut adalah tidak teratur yang dapat dijadikan sebuah makna kiasan yang berarti sedang rumit, bingung, atau menyatakan perasaan lainnya, sedangkan makna tekuk adalah berlipat atau memiliki lipatan, lekukan yang dapat mengarah ke dalam. Lalu, bagaimana bisa muncul ungkapan muka tertekuk, ditekuk, dan menekuk lainnya? Padahal muka tidak memiliki kriteria tersebut.

Berdasarkan pengamatan dan analisis saya, bahwa ungkapan muka tertekuk berafiliasi dengan majas simbolik yaitu majas perbandingan dengan simbol atau lambang. Maksudnya, majas tersebut menyatakan suatu perbandingan terhadap suatu simbol-simbol atau lambang-lambang yang membuat makna tersebut setara, seperti ungkapan muka tertekuk yang dibandingkan dengan objek yang dapat dilekukkan, antara lain kertas, kardus, dan lain sebagainya. Lalu, memiliki makna menunjukkan ekspresi seseorang yang sedang kesal, marah, cemberut atau sedang suatu menghadapi masalah.

Ungkapan muka tertekuk juga dapat dikatakan sebagai kiasan dalam berbahasa untuk menyatakan suatu ungkapan dengan cara lain. Hal ini disebut juga dengan gaya bahasa atau majas yang bersifat konotatif. Dengan adanya gaya bahasa membuat bahasa menjadi lebih unik, menarik, dan memiliki nilai estetis. Namun, dalam penggunaan majas atau yang bermakna konotatif tidak disarankan untuk digunakan dalam situasi formal.

Dengan demikian, kedua ungkapan tersebut antara muka tertekuk dan kusut muka, memiliki makna yang berbeda. Namun, sama-sama merujuk pada suatu perasaan seseorang dan sama-sama berpengaruh pada ekspresi wajah yang menentukan keadaan orang tersebut

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun