Pada perkembangan zaman era industri 4.0 memudahkan masyarakat saat ini dalam melakukan kegiatannya di berbagai bidang. Salah satunya yaitu pada bidang komunikasi digital. Komunikasi merupakan sarana sebagai motor penyampaian pesan antara penutur ke petutur. Oleh karena itu, dengan adanya perkembangan teknologi yang mendukung pada bidang komunikasi, dapat membuat komunikator lebih mudah dalam menyampaikan pesannya.
Pesan yang disampaikan oleh komunikator kini dapat dilakukan melalui ragam digital. Penggunaan komunikasi digital mulai terasa efek dan kegunaan yang sangat signifikan ketika pada masa pandemi COVID-19 ini. Pada masa COVID-19 ini menuntut kita sebagai masyarakat, aktif dan terlibat dalam komunikasi digital yang dapat dirasakan oleh semua bidang, dari pendidikan, pekerjaan, hingga perbelanjaan.
Adapun, semenjak hampir dua tahun masa COVID-19 ini, semua dilakukan dengan sistem daring (online), dari kegiatan seminar tatap muka, menjadi webinar (web seminar), kegiatan belajar tatap muka, menjadi PJJ (pembelajaran jarak jauh), rapat tatap muka, menjadi rapat telekonferensi, dan lainnya semua dilakukan melalui web atau situs digital lainnya yang mendukung.
Adanya penggunaan komunikasi digital yang pada saat ini menjadi sarana pokok masyarakat, tidak menutup kemungkinan terjadi adanya kendala yang dialami oleh Anda sebagai pengguna komunikasi digital.Â
Oleh karena itu, penggunaan komunikasi digital atau sering disebut dengan daring (online) tidak selalu berjalan mulus, tetapi terdapat banyak sekali kendala yang dirasakan penggunanya, antara lain dari masalah sinyal yang mengakibatkan kurang dengarnya petutur terhadap ucapan penutur, hingga masalah biaya paket data jaringan yang terbilang banyak melilit pengguna menengah ke bawah.
Alhasil, kendala terhadap pendengaran akan memengaruhi daya tangkap atau pemahaman seseorang dari sang komunikator. Oleh karena itu, agar tidak terjadi masalah pemahaman yang dialami oleh si pendengar mengenai hal yang disampaikan oleh komunikator.Â
Maka, dengan adanya pembelajaran pengenalan proses morfologis yang bertujuan sebagai peranti dalam berkomunikasi digital dapat membantu sang komunikator dalam menyampaikan pesannya. Sebab, dalam setiap bahasa yang dimiliki manusia memiliki peranti bahasanya untuk meningkatkan dan mengembangkan konsep berbahasanya, yaitu dengan proses pembentukan kata.
Pada proses pembentukan suatu kata, leksem yang sebagai unsur leksikon diolah menjadi kata dengan melalui proses morfologis. Adapun, terdapat delapan proses morfologis yang dapat dikenali dan dipelajari guna sebagai bahan komunikasi, yaitu;
(a) proses derivasi zero;
(b) proses afiksasi;
(c) proses reduplikasi;
(d) proses komposisi;
(e) proses abreviasi;
(f) proses derivasi balik'
(g) proses metanalisis; dan
(h) kombinasi proses.Â
Kedelapan proses tersebut mendukung dalam kegiatan berkomunikasi, terutama komunikasi pada khalayak umum (public speaking) harus dapat mengolah kata dengan baik.
Pada proses pertama atau (a) derivasi zero yaitu mengubah leksem tunggal menjadi kata tunggal, contohnya leksem 'tidur' menjadi kata 'tiduran' setelah melalui proses derivasi zero. Proses kedua atau (b) yaitu afiksasi yang merupakan proses pembentukan suatu kata dasar dengan diberikan imbuhan, imbuhan yang dapat diberikan antara lain, awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), dan terbelah (konfiks). Contoh, pada kata dasar 'kopi' dengan kelas kata nomina (n) yang bisa berfungsi sebagai subjek dan bermakna buah (biji) kopi. Namun, ketika diberi imbuhan meng-, maka kelas katanya akan berubah menjadi verba (v), fungsinya pun berubah menjadi predikat, dan maknanya berubah menjadi minum kopi.
Pada proses ketiga atau (c) reduplikasi yaitu mengubah leksem menjadi suatu kata setelah melalui proses reduplikasi, bisa berupa reduplikasi dwipurwa, dwilingga, dwilingga salin suara, atau dwiwasana.Â
Contoh pada kata 'jalan-jalan, tetua, dan dedaunan'. Proses keempat atau (d) yaitu komposisi atau pemajemukan kata yang mengubah gabungan leksem menjadi satu kata, contoh 'meja dapur, rumah jompo,dan kaus kaki'.Â
Proses kelima atau (e) abreviasi yaitu mengubah leksem atau gabungan leksem menjadi lebih pendek atau kependekan, seperti pemenggalan kata (ma-kan, bu-ah), akronim (pemilu [pemilihan umum], bulog [badan urusan logistik]), kontraksi, dan lambang huruf.
Selanjutnya, proses yang keenam atau (f) derivasi balik yaitu proses yang dapat menjelaskan tentang kenapa adanya bentuk piranti, diagnosa, dan antri yang seharusnya adalah 'peranti, diagnosis, dan antre".Â
Pada proses ketujuh atau (g) metanalisis yaitu proses yang dapat menjelaskan tentang bentuk-bentuk terikat seperti catur- (caturwulan), auto- (autokrasi), dasa- (dasawisma, dasasila), dan nara- (narahubung). Proses terakhir yang kedelapan atau (h) yaitu kombinasi proses merupakan pembentukan kata yang dialami oleh frasa sehingga membentuk kombinasi kata seperti ketidakadilan, perkeretaapian, mempertanggungjawabkan, dan sebagainya.
Dengan demikian, itulah pengenalan dan penjelasan mengenai kedelapan proses morfologis yang dapat dipelajari, agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada saat berkomunikasi dalam situasi atau ragam formal. Hal tersebut agar memungkinkan diri Anda tidak lagi kesulitan dalam mengetahui kata per kata ketika berkomunikasi baik digital maupun secara bersemuka.
Maka, dengan mengusai proses-proses tersebut, akan membuat diri komunikator dan pendengar dalam penyimak maksud dan tujuan dari setiap perkataan yang diungkapkan, sehingga menjadikan diri pengguna bahasa menjadi lebih percaya diri terhadap perkataannya sendiri.
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H