Apakah penyuntingan itu perlu? Apakah setiap tulisan yang diterbitkan dan ditayangkan juga disunting? Jawabannya adalah iya.
Apapun tulisannya, jika ingin ditayangkan dan diterbitkan ke publik. Maka, akan melewati proses pengeditan atau penyuntingan. Proses ini yang akan menentukan sebuah naskah atau tulisan layak atau tidaknya untuk ditayangkan ke publik.
Proses penyuntingan ini tidak hanya fokus pada satu aspek saja, yaitu banyak aspek yang akan diperhatikan dan untuk disunting. Ingin menjadi seorang penyunting susah atau tidak? Tentu jawabannya sangat variasi. Jawaban tidak susah untuk orang yang sebelumnya sudah memiliki kemampuan dalam menyunting. Jawaban susah untuk pemula dan belum pernah menyunting sama sekali.
Semua butuh proses dalam hal ini. Tidak semudah bayangan kita, perlu adanya tahapan dan pelatihan. Lebih utamanya lagi niat dan kesungguhan hati. Karena dalam menyunting ini perlu adanya ketelitian.
Apakah menyunting termasuk dalam bidang kebahasaan? Tentu saja jelas dan sangat berkaitan. Kegiatan sunting-menyunting sangat berkaitan erat dengan bidang kebahasaan, karena banyak telaah kebahasaan dan ilmu kebahasaan yang terpakai di dalamnya. Oleh karena itu, manfaat dan fungsi mempelajari bahasa Indonesia itu sangatlah perlu, prospeknya pun luas.
Lantas apa yang harus dilakukan bagi seorang pemula yang ingin menjadi penyunting atau menyunting naskah? Untuk pemula yang ingin melangkah lebih jauh mendalami penyuntingan atau sebagai dasar mengetahui ilmu penyuntingan. Ini ada kiat-kiat 12 syarat untuk seseorang atau calon penyunting pemula yang ingin menyunting naskah.
1. Menguasi Ejaan
Pertama-tama yang dilakukan seorang pemula untuk melakukan penyuntingan adalah menguasai ejaan. Ejaan ini sangat berkaitan erat dengan naskah-naskah Indonesia.Â
Setiap naskah pasti dan akan selalu ada penulisan tanda baca, huruf kapital, penggunaan kata, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, setiap seorang penyunting diharuskan menguasai ejaan yang sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).Â
2. Menguasai Tata Bahasa
Seorang penyunting atau calon penyunting, tidak cukup kalau hanya punya bekal menguasai ejaan saja. Pada yang kedua ini, seorang calon penyunting, diminta harus menguasai tata bahasa. Kenapa? Penguasaan tata bahasa ini meliputi penulisan struktur kalimat, penggunaan kata baku dan tidak baku, penggunaan atau penempatan diksi yang tepat, dan penggunaan konjungsi.Â
Kalau saja penyunting tidak memperhatikan ini, maka naskah yang ditayangkan masih terdapat kalimat yang tidak efektif, penggunaan kata tidak baku, diksi yang tidak tepat, dan konjungsi yang salah. Oleh karena itu, penyunting wajib menguasai tata bahasa.
3. Melekat Erat dengan Kamus
Setelah seorang sudah mampu menguasai keduanya, automatis dirinya tidak akan bisa lepas dari kamus. Bagaimana bisa seseorang menguasai tata bahasa Indonesia kalau dia tidak melekat erat dengan kamus.Â
Kamus ini menyertai penggunaan kata baku serta memberi tahu kata yang tidak baku. Jadi, ketika seorang sudah menguasai kedua poin di atas, automatis juga sudah melekat dengan kamus.