Selanjutnya, ada dialek bahasa Jawa dialek Banyumas, yang memiliki ciri khas tersendiri dan berbeda dengan ciri khas yang dimiliki bahasa Jawa dialek Pekalongan, dialek Semarang, atau dialek Surabaya. Begitu pun dengan dialek Tegal yang berbeda dengan dialek Solo.
Para penutur dialek Sunda untuk wilayah Garut, Tasikmalaya, Sukabumi, dan sekitarnya dapat berkomunikasi dengan baik dengan para penutur bahasa sunda dialek Bandung.Â
Hal ini dikarenakan dialek tersebut masih memiliki bahasa yang sama yaitu bahasa Sunda halus, berbeda dengan dialek Cirebon, yang sudah memiliki perbedaan dialek dan kosakatanya.
Sama halnya dengan bahasa Jawa dialek Banyumas dapat berkomunikasi dengan baik oleh para penutur bahasa Jawa dialek Pekalongan, Semarang, Surabaya, Solo, dan lainnya, karena memiliki bahasa  yang sama. Berbeda dengan bahasa Jawa dialek Tegal atau Madura.
Hal ini pun berlaku dengan wilayah-wilayah atau daerah lainnya di Indonesia, yang memiliki ciri khas berbahasanya dari keragaman dialek-dialek di setiap daerah. Lantas apa yang bisa menyatukan bangsa Indonesia ini hingga ditahbiskan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika?
Persatuan bagi seluruh rakyat dan wilayah di Indonesia itu terlahir dari kesaling-mengertian antara setiap wilayah, daerah, dan anggota-anggota dari satu dialek dengan wilayah, daerah, dan anggota-anggota dialek lainnya yang bersifat relatif.
Maka dari situlah terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia dari setiap keragaman dialek yang ada. Siapa bilang bahasa yang berbeda tidak dapat menjadi satu. Bukti keragaman dialek inilah merupakan bukti dari cerminan Bhinneka Tunggal Ika, bahwa dari bahasa yang berbeda-beda dan dialek yang berbeda, kita bisa menjadi satu kesatuan yang kuat, yaitu bangsa Indonesia.
Semoga bermanfaat.
Belajar bahasa Indonesia itu mudah.
Cintai bahasa Indonesia dengan "Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing."
Terima kasih.