Sang anak akan secara lahiriah pemerolehan bahasanya dapat mempelajari dua bahasa, Sunda dan Jawa. Bahkan bisa memunculkan kosakata baru dari dua perpaduan bahasa yang berbeda.
Hal tersebut dikatakan sebagai suatu bidang ilmu sosiolinguistik, karena adanya perpaduan kedua bahasa dari masyarakat yang berbeda. Ini baru contoh yang masih satu negara. Lalu, bagaimana dengan negara yang berbeda?
Banyak yang kita ketahui, para masyarakat Indonesia yang menikahi masyarakat asing. Alhasil, anak akan memperoleh dua bahasa dari negara yang berbeda.Â
Hal ini dapat merusak pertumbuhan bahasa anak. Anak akan bingung menentukan bahas utamanya. Apabila tinggalnya di luar Indonesia. Maka, akan hilang penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama.
Itulah penyebab dari faktor terbanyak penggunaan bahasa asing di Indonesia sebagai bahasa utama, karena faktor bawaan dan pengajaran orang tua terhadap anak sejak dini. Sehingga hal ini dikatakan bilingualisme.
Tidak sedikit orang tua yang mengajari anaknya berbahasa Inggris sejak sang anak masih usia dini. Sehingga hasilnya sang anak akan meninggalkan kewajiban pengutamaan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara.
Dampaknya akan terbawa pada saat bermasyarakat. Di mana seseorang bermasyarakat, di situlah segala kebiasaannya akan terbawa. Inilah disebut dengan kajian sosiolinguistik.
Semoga bermanfaat.
Belajar bahasa Indonesia itu mudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H