Pemerintah mengeluarkan anggaran lagi. Apakah pengeluaran anggaran ini sudah tepat? Belum lama pemerintah sudah mengeluarkan anggaran sebesar Rp31,2 triliun, yang akan diberikan kepada 13 juta masyarakat yang memiliki gaji di bawah Rp5 juta per bulannya. Lalu, pada kali ini pemerintah mengeluarkan anggaran lagi untuk apa?
Pada beberapa jam lalu, tepat pukul 21.53 WIB, hari Jumat, 21 Agustus 2020, gawai (handphone) saya mendapati notifikasi yang beriskan beberapa berita, perihal pemerintah mengeluarkan anggaran untuk influencer.
Berdasarkan kutipan berita yang dilansir oleh Tempo.Co, mengatakan Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi lembaga dengan anggaran belanja terbesar untuk penggunaan influencer. Anggaran yang dialokasikan mencapai Rp77,66 miliar. Apabila dirinci dari sejak tahun 2014 ICW catat pemerintah habiskan Rp1,29 triliun untuk aktivitas digital.
Lalu, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Donny Garhal Adian menjelaskan yang penggunaan influencer agar program-program pemerintah dapat sampai ke masyarakat yang berada di pelosok daerah. Kutipan tersebut dilansir dari Liputan6.com, pada Jumat, 21 Agustus 2020. Dalam hal ini tujuan pengeluaran anggaran untuk influencer sebagai penunjang penyelesaian program-program pemerintah.
Apakah hal ini sudah tepat dilakukan di saat perekonomian Indonesia seperti saat ini? Belum lagi pemerintah sudah mengeluarkan anggaran bantuan untuk karyawan yang gajinya di bawah 5 juta. Bagaimana dengan para korban PHK karena covid-19? Apakah mereka saat ini sudah dapat kerjaan baru? Apakah mereka saat ini sudah dapat kenyamanan? Sudah dapat bantuan?
Kenapa influencer tidak membantu pendidikan Indonesia? Pendidikan di Indonesia kini sangat memerlukan bantuan dana, terutama bagi para pelajar yang tidak memiliki gawai (handphone). Sebelumnya sudah diwacanakan adanya subsidi pulsa untuk mendukung Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), memang membantu, tetapi masih kurang efektif.
Sebaiknya anggaran dikeluarkan untuk sasaran yang tepat dan terarah tujuannya. Mana yang benar-benar lebih membutuhkan saat ini dan yang mendatang. Pemerintah memang perlu merampungkan program-programnya, dilain hal pemerintah juga perlu memperhatikan kebutuhan yang sedang genting, seperti pendidikan yang saat ini carut marut dan ekonomi diambang resesi.
Pendidikan saat ini seperti gelas kaca yang retak, salah sedikit tersenggol akan pecah. Sama halnya apabila minimnya perhatian dan tindakan yang menuju kemajuan pendidikan, maka akan hancur generasi yang akan mendatang. Kita butuh SDM unggul, SDM unggul ada pada generasi yang sedang menempuh pendidikan.
Maka dari itu, alokasikan dana yang tepat untuk kemajuan pendidikan saat ini. Mereka telah lelah keadaan belajar seperti ini, ilmu tak dapat, biaya meningkat. Dengan adanya pengeluaran anggaran influencer di tengah ambang resesi, dirasa kuranglah tepat. Karena hanya akan menguntungkan sepihak.
Apabila anggaran yang dikeluarkan untuk influencer dapat membantu sistem kemajuan pendidikan, menstabilkan ekonomi, maka hal ini tidak masalah. Namun, hal yang terjadi di lapangan tidak dengan demikian. Influencer ini justru menimbulkan pro dan kontra, sehingga memicu keramaian publik di media sosial atau  pun di masyarakat.
Saat ini Indonesia sedang berusaha bangkit dari ambang resesi dengan adanya kenormalan baru. Demi membangkitkan dan menstabilkan ekonomi dari resesi. Namun, dengan pengeluaran anggaran yang begitu besar kepada hal yang kurang tepat, maka akan terjadi disfungsi. Berilah anggaran kepada mereka yang tidak memiliki gaji. Kalau diberikan bantuan kepada yang memiliki gaji di bawah Rp5 Juta, mereka sudah memiliki penghasilan.
Geserlah anggaran itu diperuntukan kepada yang tidah memiliki penghasilan. Bukannya mereka sudah dapat bantuan dari kartu prakerja? Apabila ini tambahan itu akan membantunya, apabila tidak? Ya, mereka sangat membutuhkannya. Mungkin untuk biasa beli paket data anaknya sekolah daring atau bahkan ditabung untuk membeli gawai (handphone) anaknya biar dapat belajar.
Jadi, anggaran ini seperti busur yang dilempar ke papan dart oleh pelempar pemula, sering meleset dan tidak tepat sasaran. Hal ini hari dilakukan oleh yang profesional, jeli, teliti, pemerhati, dan fokus, agar tepat pada sasaran yang dituju.
Semoga bermanfaat. Salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H