Mohon tunggu...
Rifan Bilaldi
Rifan Bilaldi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI. Pendidikan adalah gerbang harapan dan bahasa adalah kunci pendidikan. Kita harus menjunjung tinggi pendidikan, pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia

Yuk! Tingkatkan kualitas pendidikan dan mengenal serta belajar bahasa Indonesia untuk menambah pengetahuan dan wawasan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Babeh Sarmili Si Penjual Layangan 3 Dekade, UMKM Sosial Distancing

12 Agustus 2020   11:17 Diperbarui: 12 Agustus 2020   11:22 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toko layangan babeh Sarmili. (Dokpri)

Pada awal virus korona memasuki Indonesia, seketika semua kegiatan terhenti, roda perekonomian berhenti berputar, tempat-tempat mulai ditutup, dan seluruh kegiatan keramaian dilarang. Heninglah sesaat negara ini dari aktivitas, tidak banyak hal yang bisa kita lakukan selain hanya berdiam diri di rumah. Jenuh, bosan, takut, khawatir, dan banyak rasa tercampur di dalamnya.

Tiga bulan kita semua menjalani hidup bagai tahanan rumah, ingin keluar takut, tidak keluar tak dapat duit. Kita dihantui kebimbangan, kedilemaan, dan kecemasan. Berbagai kegiatan semua kita lakukan di rumah dan dari rumah. Kita semua butuh hiburan, untuk mengisi jenuhnya hari dan hari. Di tengah-tengah kejenuhan, muncullah pencetusan musim layangan, sebagai permainan musiman tanpa harus berkumpul dan berdekatan.

Layangan ini merupakan permainan sosial distancing yang waktu itu digalakkan untuk memutus mata rantai penyebaran covid. Tahap demi tahap dimulainya awal musim layangan. Babeh Sarmili itulah sebutan dari para pelanggannya, beliau seorang penjual layangan yang telah lanjut usia. Beliau menggeluti usaha layangan sudah lebih dari 3 dekade. Usaha yang beliau geluti ini selalu mengalami pasang surut.

Toko layangan babeh Sarmili. (Dokpri)
Toko layangan babeh Sarmili. (Dokpri)
Dalam perbincangannya dengannya, beliau mengatakan, "dulu mah musim layangan enggak serame ini, biasanya musim layangan paling cepet tiga minggu, paling lama satu bulan," ujar babeh Sarmili. Mungkin dengan faktor adanya pandemi ini, sebagian menguntungkan para usaha-usaha kecil yang tidak berimbas pada usahanya ketika pandemi saat ini.

Babeh Sarmili mulai menjual layangan pada tahun 1980, ketika baru memiliki dua orang anak. Saat ini beliau telah memiliki tujuh orang anak dan empat belas cucu. Babeh Sarmili dulu bekerja di pabrik pembuatan ban dan juga menjadi kenek kuli bangunan, sebagai sambilannya beliau mengawali dagang layangan. Ketika awal mula dagang layangan, tidak banyak pengalaman yang beliau ketahui, beliau hanya membeli dari toko layangan kecil lalu dijualnya kembali.

Layangan babeh Sarmili. (Dokpri)
Layangan babeh Sarmili. (Dokpri)
Tahun demi tahun dengan kesabaran menggeluti usaha layangan ini, sampai beliau bisa mengkuliahkan anak pertamanya hingga berhasil menjadi guru dan kepala sekolah. Semua anaknya dapat hidup berkecukupan dan hidup berdampingan semuanya dalam tanah miliknya. Beliau kini dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih maju, yang dulu belanja dari toko layangan kecil, kini beliau menjadi tangan pertama pabrik layangan.

(Dokpri)
(Dokpri)

Tempat usaha beliau beralamat di kelurahan Kebon Pala, Kecamatan Makasar, RT 006 RW O4. Di saat pandemi terjadi, usahanya inilah menjadi menjulang tinggi, pelanggannya pun kini berdatangan dari jauh-jauh, dari Tanggerang, Depok, Bekasi, Jakarta Utara. Karena dirinya yang telah dikenal sebagai babeh Sarmili tukang layangan.

 Rumah babeh Sarmili. (Dokpri)
 Rumah babeh Sarmili. (Dokpri)
layangan yang dijual olehnya bervariasi harganya, tidak hanya menjual layangan, beliau juga menjual berbagai macam benang, dari rentang harga seribu rupiah hingga 75 ribu rupiah untuk harga benang dan seribu rupiah hingga seribu lima ratus rupiah untuk harga layangan. Pada saat pandemi seperti saat ini dari awal diterapkan PSBB, omset yang didapat oleh babeh Sarmili meningkat tajam. Beliau mengatakan, "ya sangat lumayan penghasilan kaya gini mah, biasanya boro-boro sampe segini."

Produk layangan yang dijual babeh Sarmili. (Dokpri)
Produk layangan yang dijual babeh Sarmili. (Dokpri)

Beliau bisa mendapatkan omset hanya dari menjual layangan aduan beserta benang, mencapai 2 juta rupiah dalam sehari, itupun tidak menentu, terkadang lebih atau turun, tetapi turun tetap diangka 1 juta. Namun, musim layangan ini berada di ujung tanduk, setelah mengarungi musim selama lima bulan, kini mulai mengalami surut, omset yang didapat seharinya mencapai tiga ratus hingga enam ratus ribu rupiah.

UMKM sosial distancing yang dimiliki oleh babeh Sarmili, telah menjadi penghibur dan penghilang kejenuhan para masyarakat dari anak-anak hingga orang tua, di saat pemerintah menerapkan PSBB dan menggalakkan sosial distansing, serta dapat membantu menghilangkan kepenatan dan kesetresan selama berdiam diri di rumah dengan memainkan atau mengadu layangan dari atas rumah, belakang rumah, jalanan depan rumah, ruang kosong yang tidak ramai, dan lain-lain tanpa harus berkerumun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun