Manusia terlahir sebagai makhluk yang cerdas, memiliki akal, dan daya pikir yang luas. Terpaku dengan hal tersebut, pasti setiap manusia memiliki bakat yang terpendam maupun yang menonjol. Hal ini membuat manusia terus berkarya dalam menciptakan suatu hal-hal baru yang dapat bermanfaat bagi orang banyak.
Dalam berkarya entah itu dalam bentuk tulisan atau pun karya-karya yang lain, pasti ada saja orang yang melirik sebagai acuan untuk menulis, bahkan lebih parahnya lagi mencontek, menyalin semua hasil karya orang lain ke dalam karya milik kita. Hal tersebut merupakan suatu hal yang tidak baik kita lakukan, karena merupakan bentuk penjiplakan atau meniru karya orang lain.
Setiap manusia memiliki ide atau hasil karyanya masing-masing dari hasil kekreatifitasannya, yang ia bagikan untuk orang banyak dengan tujuan orang lain dapat melihat hasil karyanya dan menilai karyanya. Agar karya tersebut bernilai di mata orang lain, kita kerap kali berusaha semaksimal mungkin menciptakan dan menemukan karya yang belum orang lain tahu melalui karya kita.
Karya tidak melulu berbentuk wujud benda, seperti hasil karya membuat robot, lukisan, keramik, dll. Dalam hal tulis menulis juga merupakan suatu karya, yang dinamakan sebuah karya tulis. Dalam dunia tulis menulis, ada banyak karya dalam tulisan, yaitu berupa tulisan ilmiah (jurnal, skripsi, tesis, disertasi, dan karya ilmiah lainnya), tulisan semi ilmiah (artikel, opini, tajuk rencana, feature, dan karya semi ilmiah lainnya), dan yang terakhir tulisan nonilmiah (fiksi, dongeng, cerpen, puisi, dan karya nonilmiah lainnya)
Tulisan-tulisan tersebut merupakan suatu karya yang dihasilkan berdasarkan gagasan kita yang didukung oleh data dan teori-teori apabila tulisan itu merupakan tulisan ilmiah, apabila selain ilmiah karya tersebut dihasilkan oleh wawasan kita, gagasan kita, dengan dibumbui pengetahuan dan data. Maka hasil karya yang tercipta merupakan suatu karya yang bernilai.
Namun, apabila karya tulisan yang kita buat dari hasil plagiarisme yaitu menjiplak karya orang lain, meniru, atau mencontek. Maka, karya kita tidak bisa dibilang bernilai, karena kita melakukan plagiarisme. Lalu bagaimana pada saat membuat tulisan ilmiah yang harus mengutip tulisan orang lain berupa teori? Dalam menulis ilmiah kita dibatasi mengutip tulisan orang lain sebanyak 20-25 persen. Lalu sisanya adalah gagasan kita, pengetahuan kita, dan wawasan kita.
Lalu bagaimana caranya agar kita dapat terhindar dari plagiarisme yang dapat melampaui batas? Bagaimana agar tulisan kita, karya menulis kita murni atau orisinal hasil dari pemikiran kita? Kita kan saat menulis terkadang sulit menuangkan seluruh pemikiran kita ke dalam tulisan yang begitu banyak, jadi kita menyalin tulisan yang udah ada. Itulah pertanyaan dan pernyataan yang sering terdengar dan terjadi pada kebanyakan mahasiswa strata satu.
Berikut cara mudah agar diri Anda terhindar dari plagiarisme, setidaknya diri Anda mengurangi plagiarisme pada tulisan-tulisan Anda, atau karya tulis Anda. Caranya cukup mudah, yaitu cukup dengan menggunakan parafrasa. Pengajuran menggunakan parafrasa telah disarankan oleh beberapa lembaga pendidikan dan melarang mengutip secara verbatim, yaitu kata demi kata.
Lalu, Apa sih parafrasa itu? Bagaimana cara menggunakannya? Oke, Parafrasa itu sendiri merupakan penulisan ulang teks dari sumber rujukan kita, sumber yang telah kita jadikan acuan, diubah ke dalam bahasa kita sendiri. Cara menggunakan parafrasa cukup dengan beberapa cara berikut.
Pertama, Kita baca teks asli dari sumber rujukan kita atau acuan kita, lalu kita pahami
Dengan kita membaca dan memahami bacaan teks pada sumber rujukan atau acuan yang ingin kita ambil. Maka, kita dapat mengembangkan pemikiran kita, gagasan kita ke hal yang lebih luas dan menghasilkan gagasan baru dan bahkan akan menjadi acuan untuk orang lain.
Kedua, Mengganti kata dari teks rujukan dengan sinonimnya
Nah, pada yang kedua ini, kita ganti kata-kata yang terdapat dalam rujukan atau acuan yang telah kita baca ke dalam bentuk sinonimnya. Maksudnya bagaimana? Contoh, dalam rujukan terdapat kata "bicara" kita ganti menjadi "wicara", kata "lelah" bisa kita ganti ke bentuk sinonimnya "letih atau penat. Dalam bentuk kalimat, contoh "dalam ujaran komunikasi harus jelas" kita ubah menjadi "dalam tindak tutur berinteraksi harus visibel". Maka kata-kata yang diciptakan akan terlihat bernilai.
Ketiga, mengatur ulang susunan kalimatnya
Setelah kita mengganti kata ke dalam bentuk sinonimnya, kita ubah atau atur ulang susuan kalimatnya. Agar kalimat tersebut terbentuk dalam bentuk baru, walau kata yang kita ambil dari sumber rujukan, tetapi telah berubah kata dan kalimatnya, sehingga dapat terhindar dari plagiarisme.
Keempat, mencocokan makna parafrasanya dengan makna teks asli
Jangan sampai kita mengubah kata dari teks asli tetapi maknanya berbeda. Maka dari itu, kita harus mencocokannya makna kata yang kita ganti dengan kata pada teks asli. Kita bisa lihat atau cocokan arti dan maknanya di KBBI. Untuk mengubah kata sinonimnya kita bisa menggunakan TESAURUS.
Itulah keempat cara yang cukup mudah kita lakukan agar diri kita terhindar dari plagiarisme atau setidaknya mengurangi diri kita dari plagiarisme. Dengan demikian kita dapat menjadikan karya-karya kita yang terbebas dari unsur plagiarisme dan menjadikan penulisan kita bernilai, serta merasa bahwa hasil karya kalian merupakan jerih payah usaha dan berpikir kalian.
Semoga bermanfaat. Salam literasi, salam bahasa, salam pendidikan Indonesia
Rifan Bilaldi-Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H