Mohon tunggu...
Rifan Bilaldi
Rifan Bilaldi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI. Pendidikan adalah gerbang harapan dan bahasa adalah kunci pendidikan. Kita harus menjunjung tinggi pendidikan, pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia

Yuk! Tingkatkan kualitas pendidikan dan mengenal serta belajar bahasa Indonesia untuk menambah pengetahuan dan wawasan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Cara Membedakan "Di" Dipisah dengan "Di-" Disambung

29 Juli 2020   09:57 Diperbarui: 4 Juni 2021   05:36 2081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara Membedakan "Di" Dipisah dengan "Di-" Disambung (Ilustrasi: diolah dari pngwing.com)

Sudah banyak yang kita ketahui tentang bahasa Indonesia, bahwa bahasa Indonesia memiliki cakupan yang sangat luas dan bahasa Indonesia memiliki 127.000 kosakata. 

Dengan cakupan bahasa Indonesia yang luas dan kosakata yang sangat banyak, membuat banyak di antara kita yang tidak semua tahu tentang pemahaman bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Kurangnya pemahaman bahasa Indonesia, mengakibatkan banyaknya ketidaktahuan mengenai bahasa Indonesia, dari hal terkecil hingga terbesar. Hal terkecil saja kita terkadang mengalami kesulitan di saat memahami bahasa Indonesia, apalagi hal yang besar, mungkin kita tidak akan tahu dan tidak akan dapat memahami bahasa Indonesia.

Maka, banyak di antara kita ketika berbahasa hanya sekadar sebagai alat komunikasi saja, ketika berinteraksi mitra tutur paham dengan maksud kita, maka itu kita anggap bukan apa-apa dan tidak menjadi masalah. Namun, kebiasaan seperti itu akan membawa kita ke dalam kebiasaan berbahasa yang tidak semestinya.

Baca juga : Definisi Kata Imbuhan beserta Contohnya

Bangsa ini memiliki harapan, untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional, para ahli bahasa sedang berkampanye untuk menyelaraskan bahasa Indonesia yang baik dan benar di masyarakat. 

Apabila kita terbiasa berbahasa seperti komunikasi sehari-hari pada teman, keluarga, dan masyarakat, sehingga kita tidak mengetahui adanya ragam bahasa formal, semi formal, dan informal. Maka, kita akan terbiasa menggunakan kebiasaan berbahasa kita pada semua ragam bahasa.

Kita harus dapat membedakan dan dapat menggunakan bahasa pada setiap ragam bahasa yang berbeda, agar kebiasaan berbahasa kita yang tidak semestinya, digunakan juga pada ragam formal, maka hal ini akan membawa kita ke dalam jurang terperosoknya bahasa Indonesia dan kita akan dinilai tidak dapat menguasai bahasa Indonesia dengan tepat.

Masalah kecil saja sering terjadi pada kita dalam kebahasaan Indonesia. Banyak di antara kita di saat melakukan interaksi tidak menggunakan jeda atau intonasi kata dan kalimat, seperti penggunaan kata "di", di saat menggunakannya dalam tindak tutur, kita tidak bisa membedakan mana "di" yang dipisah dan "di-" yang disambung, sehingga terbawa ke dalam ragam tulisan dan mengakibatkan kesalahan dalam tulisan.

Masalah kecil tersebut sangat berdampak dalam ragam tulis, ketika digunakan dalam ragam formal hal tersebut menjadi sesuatu kesalahan. Maka itu, kita harus bisa membedakan "di" dipisah yang merupakan preposisi dan "di-" disambung yang merupakan imbuhan prefiks pembentuk verba. 

Baca juga : Ketika Warga Negara Mendapat Imbuhan Pe-, Ke-, dan Akhiran -An

Masalah kecil tersebut sering kali kita jumpai, bahkan kita sendiri yang melakukannya, maka kita harus ubah kebiasaan yang salah itu menjadi benar.

Cukup membuthan dua cara untuk membedakan kedua unsur "di". Berikut dua cara membedakan kedua unsur "di", yaitu "di" yang dipisah dengan "di-" yang disambung.

Pertama, kita harus mengetahui tujuan penggunaan kata "di" tersebut.

Apabila kita telah mengetahui tujuan penggunaan kata "di" tersebut, apakah untuk preposisi/kata depan atau untuk imbuhan prefiks kata kerja. Dengan kita sudah tahu tujuannya, maka kita sudah mulai dapat membedakannya. 

Kata "di" pada preposisi hanya digunakan sebagai kata depan yang menandai suatu tepat atau menunjuk suatu tempat, seperti di rumah, di kantor, di sekolah, di bangku, dan sebagainya. 

Kata "di-" pada imbuhan prefiks hanya digunakan untuk merangkai kelas kata verba, seperti diputus, ditendang, dicukur, dipotong, dan sebagainya.

Kedua, mencocokan dengan afiks/imbuhan dan unsur preposisi lainnya.

Kita cocokan "di-" yang sambung dengan imbuhan lainnya seperti "me-,meny-,mem-, dan meng-". Kata "di-" yang disambung atau imbuhan merupakan kata kerja pasif dan imbuhan lainnya seperti "me-, meny-, mem-, dan meng-" merupakan kata kerja aktif. 

Untuk membedakan kedua unsur "di" cukup dicocokan pada imbuhan lainnya itu, apabila kata "di" bisa dicocokan dengan imbuhan lainnya, maka kata "di" tersebut harus disambung atau dirangkai. Contoh kata dipotong, apabila diubah ke kata kerja aktif dengan menyatukan imbuhan mem- maka menjadi memotong. 

Baca juga : Gelitik Bahasa: Imbuhan ter-

Kalau kita pisah kata "di" yang merupakan kata kerja pasif bukan preposisi, maka akan menjadi di potong. Apabila dicocokan dengan preposisi lainnya, seperti ke dan dari, maka akan menjadi ke potong (yang seharusnya terpotong) dan dari potong, sehingga hal ini akan menjadi tidak logis.

Kita cukup mengetahui tujuan penggunaan kata "di" dan mencocokannya dengan imbuhan dan preposisi lainnya, apabila kata di itu cocok pada imbuhan lainnya, maka harus disambung, apabila tidak cocok, dan cocok dipreposisi lainnya maka dipisah. Dengan dua cara tersebut kita sudah bisa membedakan "di" dipisah dengan "di-" disambung.

Masalah ini hal sangat kecil. Namun, dari masalah kecil ini akan menjadi kebiasaan dan bisa menyebabkan ke masalahnya yang besar. Apabila kita telah mengatasi masalah kecil, maka masalah besar kebahasaan akan teratasi dan membuat kita semakin terbiasa memahami dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun