aku selalu rindu setelah menggalah mata
ada air mata menetes
telaga kehilangan
di sudut rumah paling belakang cerita
kau tiup bara mengasah selera
yang tajam membangun sahur terasa lembur
aku sedang mengulam dengkur
kutahu mata lamur beradu debu asap
tapi melihat kecipak meja makan
menikmati juadah  sahur yang berkah
ada yang dapat kau ceritakan tentang
kasih sayang
aku lupa membagi ruang luang
ketika kau mengurai rindu
urat-urat air mata
mengatakan pulanglah
"melihatmu berkecipak pada sahur lebur
aku menemukan masa kanak-kanak
ingin memelukmu"
aku rindu masa yang kabur
terkadang kehilangan ada setelah tiada
ketika ada membutakan mata hati
aku lupa membasuh surga yang kau persembahkan di kaki
merugi masa senggang yang selalu lengang kepulangan
aku rindu
mengasah batu tak mungkin
menjadi permata
040520
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H