bahagia itu sederhana, ketika kau menghidangkan lauk setengah gosong berasa garam, lalu aku mengatakan itu makanan terenak sedunia yang belum pernah kurasakan.
bahagia itu sederhana, ketika kau membelikan kemeja pink motif kembang-kembang, kupuji warna pilihanmu memang jempolan, dan aku suka, meski aku yakin akan malu mengenakannya di khalayak ramai.
bahagia itu sederhana, ketika aku membeli jeruk manis dengan rasa jeruk nipis berharga mahal, lalu kau puji aku suami yang pintar berbelanja, meski saat senja kau menyamarkan rasa asam menjadi jus jeruk menggoda, kau tahu bagaimana cara menawarkan rasa lelahku bekerja membanting tulang di negeri orang.
bahagia itu sederhana, ketika aku sendirian di rumah  mengurus anak-anak, kau katakan aku suami hebat, baik di kantor maupun di rumah, padahal siapa pun tahu rumah bagai kapal pecah dan anak-anak belum mandi.
aku tahu gigiku sekuning gigi kuda, tapi kau memuji senyumku melebihi manis gulali.
kau tahu gigimu agak mancung, dan berhidung melesak, tapi aku memuji matamu yang bak bintang kejora.
bahagia itu sangat sederhana,  apabila kita mencoba  terlihat bahagia, meskipun sejatinya itu amat sangat tak membahagiakan.
dihalalkan berbohong demi kebaikan, tapi jangan pernah berbohong untuk keburukan.
Plg, 10/04
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H