Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Mengukir Hujan di Tanah Kering

5 April 2020   20:55 Diperbarui: 5 April 2020   21:20 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

duduk sendiri menitip gerimis mengukir kota, ada dingin kepanikan merajut genangan, di mana geliat keberanian, berjudi dengan semangat, bertaruh antara hidup dan kematian, sehat dan gelisah sakit di lapik tipis, bukankah hidup itu masalah? aku tak berani menggantung harap, orang-orang kalah sebelum berjuang melawan gigil, ketika hangat dikirim lewat sela asa terhimpun.

setiap sakit akan berakhir, percayalah, aku tetap ingin mengajakmu berayun di pelepah waktu setelah hujan reda, ibu memanggilmu, pulanglah anak terbaik, tak cengeng pada cobaan, karena hari esok kutunggu kau di pintu sekolah, saat itu pasti masih ada senandung Indonesia Raya.

0504

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun