Ada yang tertinggal pada jejak liar
pertemanan  dalam sulur instalasi
kau seakan buncahan  kata-kata bunga
dalam balutan magis media kau raut semangat
seakan tak ada luka, hujan hanya merayu
ketika kau dekat gigil itu menghangat
di pintu lupa aku alpa membaca
setiap yang tersirat dari kata, kau simpan apik di balik
tawa
Setelah kepergianmu, Rin
aku melihat luka itu melata
kau mungkin kesal dengan hidup yang kau jalani
larut dalam bau obat
bau suntik dan belitan selang saling-silang
akankah kau hidup lebih lama
atau lama hidup dalam derita
aku membayangkanmu meratapi dinding rumah sakit
mesin-mesin yang merawat cara hidup
syair batu yang tak mungkin kau lupa
menghitung detik demi detik hingga detak berhenti gerak
kau meninggalkan peta kenangan dari lusinan kalimat membunuhku
Ada yang tertinggal, tercecer di bilik rasa, Rin
izinkan aku melariknya dalam lirik yang mericik
seperti hujan air mata puas memamah gugur kamboja
sebuah keniscayaaan dari buah kepasrahan
kata-kata terakhirmu sebelum pamit;
Aku pernah kehilangan, beberapa kali. Kemudian tumbang, setumbang-tumbangnya. Sejarak setahun bukan waktu yang lama untuk kembali berkisah indah.
Tidakkah kau tau, sebuah kehilangan panjang itu membuat aku banyak berpikir, bahwa dunia ini tercipta bukan hanya untukku?
Sebab seluruh raga ini hanya terdiri dari banyaknya pil-pil, pembentuk aku masih bernapas dan menciptakan lagi hal baru kepada dunia, namun tidak menemukan arti disebalik napas yang kumiliki.
Semuanya ini adalah sebuah ketiadaan yang terlampau fatamorgana, membuat cairan bening singgahi hari-hariku yang terasa begitu pahit untuk kuhidangkan bersama pagi yang menyapa dengan segala panoramanya.
Sempat melepaskan bait kegagalan, "bumi, aku tidak ingin hidup!" namun kau datang membentuk sebuah doa-doa panjang, yang mana akhirnya kutumpahkan kembali semua doa-doa di atas sujudku yang paling damai, demi permintaan untuk berjuang dan memenuhi panggilan cinta.
"Ya aku mencintaimu dari sudut kegagalan ini."
by : Erin
Izinkan aku melabuhkan doa di pusara
dermaga kehidupan tak lagi membaca
tapi aku tetap mengingat pertinggalmu
titik-titik usia yang pernah singgah
sebelum kabut menutupmu, Adel, Delia, Erin
menutup buku
Ujung pasrah, 25022020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H