Bu Fat memandang anak-anak di seluruh kelas. Mereka semua tertunduk takut. Bombom tiba-tiba melirik Aron dengan tajam sambil mengepalkan tinju. Apa maksud anak itu? Sementara Bu Fat mulai menanyakan seorang demi seorang murid, apakah mereka ada yang mengambil uang Ola. Mencuri itu tak baik. Apalagi mencuri uang teman sekelas.
"Berarti mencuri uang  murid di kelas lain boleh ya, Bu?" celetuk Udin terdengar lucu. Gerrr, seisi kelas tertawa terbahak-bahak.
"Uang siapa saja tidak boleh dicuri. Pokoknya tidak boleh!" geram Bu Fat. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Aron kembali menatap Bombom. Dia teringat uang beberapa lembar di laci meja, juga lirikan mata dan tinju anak itu. Barangkali dialah pencurinya. Namun bagaimana komik itu? Aron mulai ragu. Seandainya dia mengatakan Bombom yang mencuri uang Ola, gadis mungil itu akan sangat berterima kasih.
Sementara Bombom akan menjadi musuh Aron. Bagaimana kalau anak berbadan besar itu menghajarnya? Namun mendadak dia teringat ucapan sang ayah. Menjadi anak pemberani itu, bukan dengan sering berkelahi, tapi bisa berbuat kebaikan. Anak pemberani itu harus jujur! Aron semakin resah. Dia kasihan melihat Ola.
Aron kemudian mengangkat tangannya takut-takut. Bombom mulai gelisah.
"Ada apa, Aron?" tanya Bu Fat lembut.
"Ini, Bu. Tadi Aron lihat ada uang di laci meja. Apakah itu uang Ola yang hilang?"
Bu Fat mendekati Aron. Dia mengambil beberapa lembar uang dari laci meja. Uang itu berjumlah delapan belas ribu. Ola seketika berteriak girang. Uang itu memang miliknya yang hilang. Tapi siapakah pencurinya?
"Alhamdulillah! Yang penting uang Ola sudah kembali, Bu Fat."
"Bagaimana dengan pencurinya?"