Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Hasil Didikan Ayah

26 November 2019   11:11 Diperbarui: 26 November 2019   11:09 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: pixabay.com

Aku kesal akibat didikan Ayah, aku tak dapat pekerjaan. Coba aku ini orang yang agak cuek, tentu tak akan begini hasilnya.

Perlahan aku terunduk-tunduk lesu. Tapi aku harus berbalik arah karena seorang perempuan memanggilku. Aku boleh ikut tes, tapi di ruangan lain. Alangkah bahagianya!  Perlahan aku masuk ke ruangan yang agak sempit berpendingin kipas angin. Lama aku dmenunggu di situ. Sehingga masuk seorang lelaki setengah baya yang terlihat parlente.

"Eh, yang melamar itu di sini rupanya. Sekarang kamu boleh mulai bekerja," katanya. Tapi sebelum aku mengembangkan senyum bahagia,  lelaki itu melanjutkan. "Nanti minta kain pel di petugas gudang. Tolong pel ruanganku, ya. Hari ini ada tamu penting."

Brak! Apa ini? Lututku seketika lemas.

***

Kami mengelingi meja makan dengan wajah sumringah. Ada tumpeng di atasnya. Aku berkali mencium pipi Ayah. Hasil didikannyalah hingga aku berhasil menjadi manager keuangan tanpa tes. Bingung kan? Begini, sebenarnya kejadian yang menimpaku adalah salah satu tes  masuk kerja.

Mulai dari bapak dengan buah-buahan berhamburan, air mengocor tak karuan di halaman, ruangan mubazir listrik, hingga menjadi office boy, mengepel ruangan direktur. Semua kulakukan secara otomatis, meski dalam hati sebenarnya aku kesal. Dan alasan sang direktur tak perlu mengetesku, karena nilai di dalam ijazahku sudah mengatakan. 

"Orang seperti andalah yang kami butuhkan. Yang bekerja efisien, dan tak milih-milih kerja." Terngiang ketika Pak Direktur menyuruhku tegak. Saat itu aku sedang mengepel di ruangannya.

---sekian---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun