Jadi, apa sih quarter-life crisis itu?
Sebelum itu pernah kah pembaca sekalian mengalami rasa cemas, ragu akan diri sendiri, takut gagal, dan merasa panik dengan sekitar? Jika iya, menurut Fatchurrahmi & Urbayatun (2022) itu adalah respon dari quarter-life crisis.Â
Thorspecken (2005) menjelaskan bahwa quarter-life crisis adalah kebingungan terhadap diri sendiri dimana individu mulai menanyakan kair dan identitas diri, pada masa ini sebagaian individu akan memberikan respon dengan menunda keputusan, resign, dan mengalamai gangguan kecemasan. Jadi, quarter-life crisis sendiri adalah masa dimana individu mengalami kebingungan akan dirinya sendiri dan masa depannya.
Masa ini biasa terjadi pada rentang usia sekitar 18 tahun sampai 29 tahun atau disebut dengan emerging adulthood. Pada masa ini dianggap sebagai masa produktif atau masa keemasan dimana individu akan menentukan masa depan mereka.Â
Masa ini akan menjadikan individu lebih bertanggung jawab akan dirinya sendiri terutama ketika mereka mulai bekerja, lebih mengeksplorasi diri, dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki.Â
Nah, ketika memulai ekspolari diri ini mereka sadar bahwa tuntutan hidup sebagai banyak baik dari keluarga maupun lingkungan serta akan dihadapkan pada perubahan-perubahan baik dalam diri, pekerjaan, maupun pendidikan. Individu juga dituntut untuk bersaing agar dapat bertahan hidup, sehingga dapat menjadi terbebani sekalipun sudah pasti persaingan akan terus terjadi.
Terdapat tujuh dimensi dalam quarter-life crisis menurut Hassler (2009):Â
(1) bimbang ketika akan mengambil keputusan dalam kondisi yang dianggap sulit dan meragukan keputusan tersebut;Â
(2) putus asa, dimana individu merasa tidak ada hal yang Ia capai;Â
(3) penilaian negatif, memandang negatif atas usaha yang telah dilakukan;Â
(4) terjebak ke situasi sulit, maksudnya ketika beranggapan sudah tidak ada jalan keluar dalam kehidupan yang dijalani;Â
(5) rasa cemas, mengkhawatirkan sesuatu dengan berlebihan;
(6) tertekan, merasa berada dalam tekanan ketika menghadapi tuntutan sosial;
(7) perasaan khawatir akan relasi interpersonal karena merasa bahwa belum dapat memenuhi tuntutan keluarga atu pasangan.
Ada cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pada quarter-life crisis ini salah satunya adalah dengan mengontrol emosi. Nerdasarkan penelitian yang ditulis oleh Fatchurrahmi & Urbayatun (2022) dimana kecerdasan emosi berperan signifikan dalam quarter-life crisis.
Ketika idnvidu berada di bawah tekanan dan dihantui akan hal-hal yang sebenarmya belum terjadi maka akan menyebabkan individu merasa khawatir.Â
Akan tetapi, ketika individu memiliki kecerdasan emosi yang baik Ia akan mengendalikan pikirannya menjadi lebih positif, sehingga dapat berpikir dengan jernih dalam menghadapi masalah.Â
Mengatur emosi tentu penting ketika pikiran sedang penuh dengan hal-hal negatif maka perlu kita hilangkan agar tidak menimbulkan kecemasan.
Adanya kecerdasan emosi juga sangat membantu individu untuk lebih menyadari diri sendiri dan memahami emosinya, ketika sadar akan emosinya maka Ia akan lebih mampu dalam mengelolanya. Dimana individu akan berusaha mengelola emosinya menjadi lebih baik dan produktif.Â
Banyak perubahan yang dialami individu selama quarter-life crisis membuat individu dituntut untuk mampu menyesuaikan diri, sehingga memerlukan emosi yang stabil yang akan memberi hal positif pada pengambilan keputusan.
Jadi, para pembaca tidak perlu takut dengan quarter-life cricis, yakinkan pada dirimu sendiri bahwa kamu dapat mengatasi hal tersebut bahkan menemukan potensi terbaikmu di dalamnya.Â
Lihatlah perubahan-perubahan dan masalah yang kamu hadapi sebagai pembelajaran dan dalam sudut pandang yang positif untuk bekal kamu di masa depan.
Referensi:
Fatchurrahmi, R., & Urbayatun, S. (2022). Peran Kecerdasan Emosi terhadap Quarter Life Crisis pada Mahasiswa Tingkat Akhir.
Hassler, C. (2009). Are You Having A Quarter life Crisis.
Thorspecken, J.M.(2015). Quarter Life Crisis: The Undressed Phenomenon. Proceedings of the Annual Conference of the New Jersey Counseling Association, Eatontown, New Jersey.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H