Mohon tunggu...
rifai mukin
rifai mukin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengawas Sekolah

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Puasa Mendidik Jiwa Qona'ah

4 April 2024   10:00 Diperbarui: 4 April 2024   10:02 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PUASA MENDIDIK JIWA QONA'AH

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (Q.S. Ibrahim: 7)

Setiap hal yang terlihat indah, menarik, dan menawan selalu disukai oleh manusia. Keinginan manusia terhadap hal-hal material tidak pernah puas. Ia ingin mendapatkan sesuatu lagi setelah mendapatkan satu. Ini adalah sifat tamak manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang mereka dapatkan.

Mereka selalu ingin menguasai dan memiliki banyak harta benda, sehingga mereka rela melakukan perang melawan sesama manusia untuk memenuhi hasrat mereka, yang menyebabkan mereka mengalami kesulitan baik di dunia maupun di akhirat.

Ini dapat dihindari dengan kembali ke syariat dan aturan agama, sehingga seseorang dapat selalu merasa puas dan cukup dengan apapun yang dia dapatkan. Perilaku seperti itu disebut qana'ah, yang berarti kekayaan jiwa. Kekayaan jiwa lebih mulia dan lebih besar daripada kekayaan harta. Sikap qana'ah dapat mengajarkan orang untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT.

Menyikapi hal ini Q.S Al-A’raf memberikan arahan kepada kita bahwa hendaklah tidak berlebih-lebihan dalam hal makan dan minum, karean Allah tidak suka pada orang-orang yang melampaui batas. Senada dengan itu hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abdullah bin Abbas raḍiyallāhu anhuma Rasulullah ṣallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jauhilah tindakan melampaui batas! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena tindakan melampaui batas."

Barakallahu fikum. Semoga puasa Ramadhan mubarak tahun ini memberikan nilai tambah dan bermakna, terutama bagi keluarga dalam menyikapi kondisi yang tidak stabil, dimana harga-harga kebutuhan pokok semakin langkah dan adanya kecenderungan naik yang memungkinkan tidak terjangkau untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Di Ramadhan Mubarak tahun ini, kita harus lebih bijak berhemat bukan menambah boros.

Puasa sangat erat terkait dengan pertumbuhan ekonomi yang sehat, jadi perlu dipertimbangkan dalam melakukan puasa seyogyanya sesuaikan dengan kebutuhan ekonomi. Sandang, pangan dan papan adalah kebutuhan hidup manusia yang tentu memicu progresitas aktivitas ekonomi.

Toh begitu agama Islam sangat bijak mengajarkan penganutnya harus memiliki sensoritas atau kepekaan terhadap lingkunganya. Makan dan minum juga pakaian pada prinsipnya dibolehkan, sepanjang dalam klidor agama artinya mewajibkan manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka sambil menetapkan batasan.

Dalam agama Islam, tidak dibenarkan bagi seseorang untuk menjadi pengangguran apalagi meminta-minta. Dikisahkan dalam suatu riwayat, seorang anak muda bertanya kepada Rasulullah tentang usaha apa yang paling baik, dan baginda Rasulullah menjawab kerja mandiri karena dia tahu bagaimana orang yang bertanya seperti itu adalah seorang pengangguran. Jawaban Rasulullah tersebut memiliki dampak yang signifikan pada anak muda itu, karena dia berubah 180 derajat dan segera mencari pekerjaan, tidak mau lagi menjadi pengangguran. Sebagaimana dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Salah satu dari kalian memikul kayu bakar dipunggungnya itu lebih baik daripada ia minta-minta kepada seseorang baik diberi atau ditolak. (HR. Bukhari).

Hadis tersebut menunjukkan bahwa Nabi SAW sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja. Meskipun pekerjaannya hanyalah memikul kayu bakar, dia sangat menghargai pekerjaan apa pun yang halal. Selain itu, dia tidak ingin umatnya mengemis, meminta-minta, atau menjadi beban bagi orang lain.

Dengan berpuasa, yang disebut qona'ah, orang dianjurkan untuk menjalani gaya hidup sederhana dan tidak berlebihan dalam konsumsi makanan, minuman, dan pakaian. Mereka dianjurkan untuk hidup hemat dan tidak menghabiskan terlalu banyak uang untuk berfoya-foya. Gaya hidup yang berlebihan akan menjerumuskan seseorang dalam kemiskinan, tidak peduli seberapa besar penghasilan mereka, menurut surat At Takasur ayat 1-2, yang artinya, "bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk dalam kubur."

Rasulullah telah menunjukkan cara yang sederhana untuk berpuasa dan menerima apa adanya; jika tidak ada kurma, dia cukup dengan air putih untuk berbuka puasa. Jangan sampai makanan dan minuman yang melimpah yang sudah menjadi tradisi saat berbuka maupun hari raya Idul Fitri yang menyebabkan dibuang karena basi.

Mereka yang memahami pentingnya puasa dari perspektif ekonomi pasti tidak akan menyukai gaya hidup yang berfoya-foya yang menghabiskan banyak uang. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemewahan adalah sumber kejahatan, yang dapat dikurangi dengan kesadaraan setiap individu menggunakan harta untuk kepentingan umat, bukannya boros atau kikir. Karena harus pula diingat bahwa sesungguhnya dalam harta kamu ada harta yang miskin.

Allah SWT menggambarkan orang yang bertaqwa sebagai orang yang menyadari bahwa ada hak orang lain atas harta mereka. Orang miskin yang berani meminta atau tidak meminta bahkan tidak mendapatkan bagian, sampai para perantau yang tidak memiliki uang untuk hidup (ibnus-sabil). Sebagaimana al-Qur'an dan Sunnah memperlakukan mereka yang berhak atas santunan tersebut. Q.S. Al-Isra (26-27) mewanti-wanti kepada orang yang mampu agara memberikan haknya kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan jangan buang-buang hartamu. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan sangat ingkar kepada Tuhannya.

Dalam Q.S. (38-39) pun memberikan penegasan bahwa segera penuhi hak-hak mereka atas kamu yaitu kerabat yang paling dekat dengan kamu, serta orang-orang yang miskin dan dalam perjalanan. Lebih lanjut Allah berfirman hal itu lebih utama dan kamu yang mencari keridaan Allah, dan merekalah yang beruntung.

Pengaruh puasa akan tampak sebagai ajaran yang erat kaitannya dengan ilmu dan kehidupan ekonomi jika sikap hemat dan qona'ah menjadi sederhana, apa adanya, dan penuh syukur. Orang yang memiliki sikap qanaah akan percaya bahwa segala sesuatu yang mereka peroleh merupakan kehendak Allah SWT dan mereka akan mudah bersyukur.

Lamahora, 4 April 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun