Mohon tunggu...
rifai mukin
rifai mukin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengawas Sekolah

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Potensi Negara Demokrasi di Tengah Turbulensi

1 Maret 2024   20:32 Diperbarui: 2 Maret 2024   13:22 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada awalnya, setiap pendukung tergabung dalam kontestasi, melawan hingga korban jiwa, tetapi setelah itu, pendukungnya hanya terdiam dan menggigit jari mereka. Sangat menyedihkan nasib pendukungnya. Nasib warga +62 mirip dengan orang yang tidak memiliki pekerjaan di pinggir jalan saat mobil mogok dan diminta untuk mendorongnya. Setelah mobil berjalan, pendorong ditinggal sepi. Tidak merasa bersalah? Tummaaan siiech, saya hanya ingin tertawa.

Political dice and the minds of rulers

Ketika kekuasaan diperoleh, biayanya sangat tinggi. Oleh karena itu, sangat logis untuk mempertahankannya dan terkadang tergoda untuk memperluasnya dengan berbagai cara, bahkan dengan melanggar konstitusi. Oleh karena itu, mereka mengerahkan semua kekuatan mereka secara terorganisir, sistimatis, dan massif, dan dengan lantang dan percaya diri mengatakan kepada publik: siapa yang bisa mengalahkan saya?  

Setiap orang, terutama para pemimpin (penguasa tidak perlu dipanggil?) harus menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi di luar sana adalah fana. Jangan sampai bangkai Benigno Aquino diimpor ke Jakarta. Ini adalah pesan cinta singkat saya kepada raja dinasti Jokowi saat ini.

Indonesian politics has passed through the gates of destruction

Bung, Anda salah menghitung. Mungkinkah ini karena negara debitur Cina mendesak penguasa dengan hutang yang melampaui aturan amanat APBN? Kemauan xin jin pin memegang leher penguasa? Kepala berat tertunduk malu, apakah martabat marwa bangsanya yang digadaikan telah hilang? 

Apakah mungkin karena terlena oleh buaian ki dalang atau pembisik jahat sehingga lupa menghitung kekuatan, keisistiqamaan, dan kekompakan para hulubalang, bahwa rakyat (pemberi mandat) adalah kekuatan tertinggi di negera tersebut, dan pasti ada saatnya mandat dapat ditarik. Itu hanya masalah waktu.

Kemungkinan besar segala sesuatu itu akan terjadi dengan indah pada waktunya, jangan lupa! Semua potensi besar Fir'aun telah gagal, bahkan telah musnah, menjadi kisah nyata dalam lembaran sejarah dari generasi ke generasi. Demikian pula, ada contoh rezim Suharto yang membuat pengamat internasional dungu karena sulit untuk memahami babak akhir permainan dadu politiknya, model perilaku politik blankon jawanya telah runtuh.

Sangat penting untuk diingat bahwa Soeharto menggunakan pendekatan politik yang sangat mahir, dan dia tidak pernah bergaya politik dengan mengucapkan kata-kata yang lugas di depan umum. Dengan gaya politik Jawa, apakah itu membuatnya kuat dan tangguh dalam menghadapi perubahan politik, baik di dalam maupun di luar negeri? angin kencang? Tidak ada yang bisa menghalangi Soeharto, meskipun ada angin bohorok.

Kenapa demikian?

Karena:memang belum waktunya untuk runtuh, tetapi juga runtuh karena memang sudah waktunya. Bagaimana dengan pemerintahan Jokowi yang menerapkan "politik angin sepoi sepoi?” "Siasat memasung leher para ketum parpol bermasalah?" Kemudian, dengan penuh keyakinan, Ketua Dewan Pengawas menggunakan semua rencana itu? Tunggu, bung! Saatnya pasti akan tiba, dan tawa yang disembunyikan dan tangisan riburatu (Penderitaan rakyat yang berada pada titik klimak sebuah penderitaan), maka ia akan tumpah menjadi darah, hingga penyesalanmu tidak akan terampunkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun